Halaman

Kamis, 19 November 2020

kau ompoli manukutilang

 kau ompoli manukutilang

 Adagium ada-ada saja, cuplikan lakon wayang tanpa dalang. Kapan dan dimana peristiwa kejadian perkara, tak penting. Semangkin banyak hukum buatan manusia ditetapkan dan atau diterapkan. Memberi peluang aturan mana saja sarat pasal tumpang tindih, tumpang sari. Kebijakan impor non-beras kian bias. Mana yang untuk pakan dan mana yang buat pangan.

 Pola asah-asih-asuh anak mengenalkan aspek larangan sedini mungkin. Termasuk kata. lema ‘awas’ bermaksud peringatan plus menakuti-nakuti. Diperkaya dengan pemahaman ‘jangan begitu, jangan begini’. Sapaan yang menyanjung demi. Akhirnya, orang dewasa mengikuti bahasa anak-anak plus serap gaya kekanak-kanakan.

 Kesantun anak sesuai hasil ajar, didik keluarga dan dipertegas oleh aruh lingkungan. Kebiasaan yang menjadi kebiasaan diri tanpa sanksi. Menjadikan dirinya selaku peubah atas kesejatian diri. Efek suap tidak hanya pangan. Mencetak akhlak anak serba tak puas. Berharap semua pihak menyanjungnya. Sesuai pasal harga diri berdasarkan logika ekonomi.

 Hukum yang cerdas, harus pandai-pandai menyesuaikan diri dengan kebiasaan manusia yang serba terbiasa. Asas timbal balik, interaksi sosial kemanusiaan, manusia merasa berhak semua pihak wajib berlaku santun kepada dirinya alias ‘menyantuni’. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar