Halaman

Senin, 23 November 2020

ketika keberasingan merajai jiwa sang raja

ketika keberasingan merajai jiwa sang raja

 Pada suatu hari, entah hari apa. Diingat oleh rakyat karena bersamaan dengan gejolak alam tanpa permisi. Padahal, pratanda ringan, sinyal alam sudah tertangkap radar hati manusia. Anomali cuaca malah dianggap kewajaran. Laporan ‘wong pintar’ bukannya diabaikan. Protokol kemanusiaan lebih fokus pada jaga wibawa raja.

 Jadi, disekitar raja terdapat kerumunan ‘wong pintar’ segala aliran ilmu hitam asli, segenap aliran mbatin saja cukup sampai aneka aliran percaya tak percaya. Kian loyal jika mendapat jatah kursi birokrasi kerajaan. Bangga nian dipercaya menjadi pengendali harga di pasar tradisional.

 Pihak yang tidak mau kursi, memang sudah punya mainan main tanah kerajaan. Punya hak tanpa kontrak untuk eksplorasi plus eksploitasi sumber daya alam. Kurang gengsi, kurang imbang imbal balas jasa, dipermudah bahkan diberi fasilitas untuk memeras keringat sumber daya manusia berupah murah.

 Berkali-kali posisi raja nyaris skak. Mendadak listrik padam. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar