Halaman

Senin, 23 November 2020

hantam kromo vs kromo inggil

 hantam kromo vs kromo inggil

 Diduga mirip ungkapan filosofi komunitas wong Jawa dimana saja. Kromodimulyo, patut bangga. Karena cuplikan namanya dipakai begitu saja. Melambangkan watak atau perihal ikhwal lain terkait nilai tata adab berbangsa. Diangkat ke atas (bukan ke bawah) menjadi tata krama.

 Lepas dari arti kemaksudan sesuai kamus bahasa. Masuk kamus gaul semua umur tanpa pandang kadar BB (bau badan, berat badan). Jelas pantas ketika peruntukan, kemanfaatan, pengguna akhir bukan sembarang orang. Anak bangsa nusantara lebih gemar melihat mulut siapa yang berujar. Ketimbang bobot tutur kata.

 Makanya, gembala domba menggiring dombanya ke ladang penggemukkan secara massal, masif. Sebelum masuk ke nasib tukang jagal. Tak heran jika aneka domba Betara Guru yang berkeliaran bebas liar di hamparan bumi pertiwi. Masuk kategori manusia bebal. Tata krama yang dipakai adalah daya saling libas.

 Kejahatan terhadap kemanusiaan liwat praktik antara lain penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar