pedang dewi rimba nusantara, sigap tebang pilih, siap
libas di tempat, siaga jaga majikan, siap bermata dua
Judul bukannya
panjang. Sebagai kesimpulan. Tidak perlu diuraikan. Versi mana saja, saling
bersaing. Kisahnya memang diungkit, diangkat, diangkut dari bumi pertiwi. Ketika
itu pulau Jawa sebagai daratan yang bergerak bebas. Sesuai tiupan angin dan
daya tarik bumi.
Dengan pakubumi,
yang sekarang bernama gunung Tidar. Pulau Jawa di paku ke dasar bumi. Karena panjang
timur-barat, diletakkan di khatulistiwa. Persaingan kutub utara dan kutub
selatan untuk menguasai pulau Jawa. Sementara sampai detik ini, entah karena
daya tarik, daya sedot, daya hisap kutub selatan. Atau daya tolak, daya dorong kutub utara.
Posisi dan kondisi geografis pulau Jawa mirip sekarang ini.
Mengapa dengan ‘dewi
rimba’. Buka suka-suka pengolah kata, pereka kalimat. Dewa belantara dikenal
memakai gada atau alat pemukul yang memang besar. Beratnya saja, menurut
penafsiran BPS, melebihi BB ybs. Tidak ada lokasi yang mampu menampung gada
sang dewa belantara. Maka daripada itu, dewa belantara lebih pilih hilir mudik.
Di pulau Jawakah?
Jejaknya masih bisa
kita saksikan berupa bak bekas galian tambang. Tidak hanya di pulau Jawa. Waktu
blusukan di pulau Simatera. Merasa pulau mau merapat ke Jawa. Sempoyangan gontai.
Agar tak rubuh, gada diblusukan di lokasi yang sekarang bernama danau Toba. Tak
heran jika danau Toba sebagai lautan di pulau.
Dewi rimba diyakini
bak dewi keadilan. Soal bawa neraca, dacin, timbangan. Sejarah luput bukti. Dampak
yang dirasakan, keadilan berdasarkan asas neraca, mana yang lebih berat
timbangannya. Entah pasal yang diduga dilanggar atau pihak yang berperkara. Kedua
mata sang dewi tertutup sehelai kain. Maksudnya. Lebih mengandalkan
pendengaran. Pihak yang lebih ahli berujar, lihai bersilat lidah, piawai
memutarbalikkan fakta. Kampiun bermain watak. Maka atas nama keadilan tanpa
hitung cepat. Pasti akan keluar sebagai juara umum.
Yang jelas-jelas
saja. Secara filosofis kejawen, istilah keadilan (justice) ditafsir menjadi aneka makna, teoritis maupun praktik yang tragik. Acap
antara teori atau ilmu dengan kenyataan di lapangan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar