Halaman

Minggu, 12 Mei 2019

politik bebal Nusantara, merasa kuasa parlemen mainkan nasib rakyat


politik bebal Nusantara, merasa kuasa parlemen mainkan nasib rakyat
Katanya kata. Kegilaan berkelanjutan,  berpolitik adalah melakukan sesuatu yang sama menerus, tipikal antar periode lima tahunan, namun berangan meraih hasil yang berbeda. Lompatan jauh ke depan malah merugikan. Merasa nyaman duduk manis di kursi anak cucu ideologis.

Tak analog dengan daya juang petani gurem yang berharap bangsanya tak perlu santap nasi dari beras impor. Tapi apa daya, hasil panen untuk keluarga saja dibilang pas-pasan. Ada untung finansial, masih jauh. Minimal luasan Ha agar bisa kipas-kipas lega.

Kembali ke daya juang partai politik. Kendati keluar sebagai juara umum pemilu legislatif tidak ada jaminan untuk mensejahterakan bangsa. Dimulai dari nol. Dalam arti, dimulai dari diri sendiri, untuk diri sendiri. Berakhir untuk diri sendiri.

Pasal politik bagi hasil. Aturan pertama, kursi penting, lahan-lahan produktif menjadi hak milik juara umum. Sisanya sesuai asas timbal balik. Lunas dimuka gratis sms sebulan ke sesama operator. Tidak habis liwat jatuh tempo, hangus.

Akhirnya yang bukan terakhir. Partai politik sarat manusia politik yang seolah partai non-gurem, berharap panen raya tiap bulan. Tanpa diminta, parpol dimaksud memakai ilmu kondom. Tampak tegak perkasa karena syahwat politik melampaui daya tampung diri. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar