mentalitas politisi sipil nusantara, figur figuran vs
presiden bayaran
Sejalan dengan
kisah fabel identitas. Maka daripada itu, segawon, anjing, si gukguk atau
sebutan lokal menjadi tokoh legenda. Takut salah cetak. Penulis sengaja tanpa
rencana dan niatan, untuk tidak menyebutkan.
Langsung ke dunia
nyata. Nyatanya, ada anjing gila uber ulama. Salah berita atau berita di kamar
sebelah. Kriminalisasi ulama, sertifikasi ustadz juru dakwah sampai
pengkotak-kotakan ulama. Berhala reformasi 3K (kuat, kaya , kuasa). Sesuai menu
politik nusantara, malah 3K berarti: kursi, kursi, kursi.
Belum pernah
terjadi aroma irama pembangunan nasional, yaitu “mempancasilakan
ulama, mengulamakan pancasila”.
Mégafauna nusantara, sejak zaman
penjajahan bangsa Belanda dan sejenisnya. Ras anjing yang populer karena
fungsinya. Anjing pemburu babi hutan di hutan kota. Anjing pelacak bom teroris.
Anjing pengendus paket narkoba. Sampai anjing penjaga sang juragan. Soal spesifikasi
teknis. Lihat waktu ada sidang anjing antar benua.
Anjing hitam nusantara yang nyaring
salaknya. Hanya duduk plonga-plongo, di antara sesama anjing ras. Ternyata,
anjing identitas nusantara, tak ada yang layak bersertifikat silsilah. Dijual pun,
borongan. Apalagi dilelang. Bisa, di pasar gelap daging anjing.
Persamaan atau benag merah anjing
identitas nusantara dengan anjing negara modern, maju bahkan negara adidaya,
yaitu pada kesetiaan. Anjing setia pada sang juragan, si empunya. Penentu nasib
dan masa depan anjing.
Patut bangga. Kesetiaan anjing
identitas nusantara, jauh di atas rata-rata indeks anjing setia. Tidak sekedar
total kopral, sudah sampai kasta loyal total jenderal.
Masalahnya. Kalau Komunitas Anjing
Dunia memilih Ketua Umum. Syarat adminstrasi paling sederhana, ringan,
bersahaja. Kendati melalui kontes anjing nusantara. Cukup duduk manis di bangku
cadangan. Dijadikan bintang utama animasi, film kartun atau karikatur. Pemirsa hanya
tersenyum pahit getir. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar