Halaman

Rabu, 29 Mei 2019

teori makar vs jatuh sendiri


teori makar vs jatuh sendiri

Anékdot tentang biukan tokoh nasional atau satire. Dialami dunia penerbangan nusantara. Suatu ketika, ketika itu. Di atas zona larangan terbang negara lain. Liwat tembak langsung. Ingat moto BTL utawa ‘Batak tembak langsung’.

Kebetulan udara cerah tidak membuat kawanan loyalis penguasa lokal menjadi gerah. Tanpa komunikasi, dengan gagah pesawat dengan kode PK melintas bebas. Pesawat komersial, pesawat uji coba produk nusantara atau pesawat pribadi serta kemungkinan lain.

Penjaga keamanan pangkalan malah sibuk dengan medsos. Otomatis moncong anti pesawat udara mengaum, meraung. Sang komadan dilapori langsung dengan bukti di udara. Tangan tetap sibuk cek status diri. Tanpa menole hanya tertawa ringan.

“Yang liwat cuma pesawat Indonesia. Biarkan. Nanti juga jatuh sendiri!”, ujar komandan pangkalan. Tanpa maksud melucu apalagi bincang fakta di atas fakta kinerja.

Pada waktu bersamaan, beda lokasi kejadian. Komandan pangkalan ojek tradisional heboh. Ada laporan intelijen. Ada pergerakan masa. Tidak diketahui identitasnya. Masuk lenggang kangkung tanpa karantina. Disinyalir mau makar. Asumsi bukan pada potongan rambut atau kekarnya badan. Aksi gerak tampak terkoordinasi dan terlatih.

Sang komandan tanpa dilapori, langsung buka jumpa awak media. Disertai bukti foto, akan ada gerakan pemusnahan oknum tokoh atau mantan tokoh nasional. Berita hari ini beda dengan kemarin. Yang diujarkan lisan tak sama dengan berita stensilan yang sudah beredar.

Seperti biasa, ada acara tanya jawab bak debat capres. Entah siapa atau pihak mana yang terkena giliran bertanya. Klasik tapi tetap menarik. Aneka jawaban sudah tersedia. Tinggal pilih.

Akhirnya terpilih skenario standar. Mengingat bonus demografi. Yang akan jadi sasaran, masuk kategori usia nonproduktif. Barang apkiran.

“Gak usah dimacem-macemin. Mau ditembak di tempat. Mau dilenyapkan. Mau dikarungi seperti. Biarkan ybs bebas hirup udara bebas”. Tanpa tepuk tangan hanya adegan swafoto.

“Maka daripada itu kawan”, ujar pewarta yang sigap dengan ajudan. “Toh mereka nanti juga akam mati sendiri. Stok sejenis masih banyak”. Agar tampak sukses. Diakhiri dengan santap bareng. Bekal masing-masing. Lesehan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar