teori makar vs jatuh sendiri
Anékdot tentang
biukan tokoh nasional atau satire. Dialami dunia penerbangan nusantara. Suatu ketika,
ketika itu. Di atas zona larangan terbang negara lain. Liwat tembak langsung. Ingat
moto BTL utawa ‘Batak tembak langsung’.
Kebetulan udara
cerah tidak membuat kawanan loyalis penguasa lokal menjadi gerah. Tanpa komunikasi,
dengan gagah pesawat dengan kode PK melintas bebas. Pesawat komersial, pesawat
uji coba produk nusantara atau pesawat pribadi serta kemungkinan lain.
Penjaga keamanan
pangkalan malah sibuk dengan medsos. Otomatis moncong anti pesawat udara
mengaum, meraung. Sang komadan dilapori langsung dengan bukti di udara. Tangan tetap
sibuk cek status diri. Tanpa menole hanya tertawa ringan.
“Yang liwat cuma pesawat
Indonesia. Biarkan. Nanti juga jatuh sendiri!”, ujar komandan pangkalan. Tanpa maksud
melucu apalagi bincang fakta di atas fakta kinerja.
Pada waktu
bersamaan, beda lokasi kejadian. Komandan pangkalan ojek tradisional heboh. Ada
laporan intelijen. Ada pergerakan masa. Tidak diketahui identitasnya. Masuk lenggang
kangkung tanpa karantina. Disinyalir mau makar. Asumsi bukan pada potongan
rambut atau kekarnya badan. Aksi gerak tampak terkoordinasi dan terlatih.
Sang komandan tanpa
dilapori, langsung buka jumpa awak media. Disertai bukti foto, akan ada gerakan
pemusnahan oknum tokoh atau mantan tokoh nasional. Berita hari ini beda dengan
kemarin. Yang diujarkan lisan tak sama dengan berita stensilan yang sudah
beredar.
Seperti biasa, ada
acara tanya jawab bak debat capres. Entah siapa atau pihak mana yang terkena
giliran bertanya. Klasik tapi tetap menarik. Aneka jawaban sudah tersedia. Tinggal
pilih.
Akhirnya terpilih
skenario standar. Mengingat bonus demografi. Yang akan jadi sasaran, masuk
kategori usia nonproduktif. Barang apkiran.
“Gak usah
dimacem-macemin. Mau ditembak di tempat. Mau dilenyapkan. Mau dikarungi
seperti. Biarkan ybs bebas hirup udara bebas”. Tanpa tepuk tangan hanya adegan
swafoto.
“Maka daripada itu
kawan”, ujar pewarta yang sigap dengan ajudan. “Toh mereka nanti juga akam mati
sendiri. Stok sejenis masih banyak”. Agar tampak sukses. Diakhiri dengan santap
bareng. Bekal masing-masing. Lesehan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar