Memformat Ulang Peradaban Nusantara
“bangsa-bangsa di dunia
ini tidak sama tingkat peradabannya”. Demikan contoh penggunaan lema ‘adab’ di kamus. Ada pihak yang mencetuskan ide SARA. Saking
seringnya disebut, orang jadi tak menggubris, tak mau ambil pusing, tak mau tahu
makna sejatinya. Ada apa dibalik pencetusan.
Dipakai oleh
pengamat politik. Khususnya pada pilkada gubernur Jakarta 2017. Muncul lantunan
politik identitas. Karena sebagai ibukota negara, gaungnya menembus melebihi
sumbernya. Politik praktis yang subur mulai tingkat kabupaten/kota, tidak
masalah. Sudah karakter dasar manusia politik.
Partai politik yang
muncul jelang pemilu, sejatinya adalah korban tanpa rencana akibat efek domino disparitas
pemoralan politik Nusantara. Pengaruh politik jalanan menjadi sumber inspirasi.
Penyakit politik
ternyata ada daya guna dan nilai tambah. Politisi sipil atau kawanan manusia
politik sebagai penyelenggara negara, plus mantan angkatan dan polisi. Tanpa ragu
menunjukkan kadar diri, isi perut. Secara alami akan rontok lebih awal dari
prakiraan cuaca.
Jika ada yang
tampak aman, nyaman berselancar di buih-buih politik Nusantara. Kemurahan alam.
Sudah masuk rumusan sebab-musabab bencana alam. Kendati diolah dengan
mengatasnamakan rakyat. Bumi tak bisa dikelabui. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar