Halaman

Rabu, 22 Mei 2019

Memformat Ulang Peradaban Nusantara


Memformat Ulang Peradaban Nusantara

“bangsa-bangsa di dunia ini tidak sama tingkat peradabannya”. Demikan contoh penggunaan lema ‘adab’ di kamus. Ada pihak yang mencetuskan ide SARA. Saking seringnya disebut, orang jadi tak menggubris, tak mau ambil pusing, tak mau tahu makna sejatinya. Ada apa dibalik pencetusan.

Dipakai oleh pengamat politik. Khususnya pada pilkada gubernur Jakarta 2017. Muncul lantunan politik identitas. Karena sebagai ibukota negara, gaungnya menembus melebihi sumbernya. Politik praktis yang subur mulai tingkat kabupaten/kota, tidak masalah. Sudah karakter dasar manusia politik.

Partai politik yang muncul jelang pemilu, sejatinya adalah korban tanpa rencana akibat efek domino disparitas pemoralan politik Nusantara. Pengaruh politik jalanan menjadi sumber inspirasi.

Penyakit politik ternyata ada daya guna dan nilai tambah. Politisi sipil atau kawanan manusia politik sebagai penyelenggara negara, plus mantan angkatan dan polisi. Tanpa ragu menunjukkan kadar diri, isi perut. Secara alami akan rontok lebih awal dari prakiraan cuaca.

Jika ada yang tampak aman, nyaman berselancar di buih-buih politik Nusantara. Kemurahan alam. Sudah masuk rumusan sebab-musabab bencana alam. Kendati diolah dengan mengatasnamakan rakyat. Bumi tak bisa dikelabui. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar