Halaman

Kamis, 02 Mei 2019

mati kesuwén lungguh, kanggo negoro ora opo-opo

mati kesuwén lungguh, kanggo negoro ora opo-opo

Bukan komedi politik situasional. Bukan berdasarkan fakta sejarah tulis cepat. Bukan rekayasa cerita masa lampau. Bukan tema opini mimpi global, sekali sabet puluhan suara tumbang.

Kapan terjadinya, dimana, siapa saja yang terlibat langsung dan terkait tidak langsung. Bisa anda temukan di dua kejadian pada dua dunia yang berbeda. Kejadian yang tak pernah ada, tapi rasanya sekarang koq malah ada.

Akankah mimpi atau angan-angan politik model seperti judul.  Seolah menyimpang dari jalur politik penguasa dan mengganggu sudut pandang penguasa. Bernasib dimarginalkan, ditepikan ke tepi laut.

Jangan melawan arus jika tak menghendaki masa depanmu tergerus, cepat aus.

Realitas politik harian,  praktik gotong-royong, toleransi, solidaritas, tahu sama tahu tetap eksis. Soal dalam pasal konotasi, stigma koalisi negatif, namun sah secara yuridis formal.

Kekuasaan simbolik menjadikan praktik kekuasaan berbasis aneka kepentingan dari pelaku ekonomi. Praktik demokrasi secara tak sengaja menunjukkan fakta bipolarisasi. Akhirnya, kebutuhan rakyat menjadi demokrasi tertulis. Dinyatakan dengan bahasa pembangunan. Efektivitas penggunaan anggaran pembangunan, berdasarkan mazhab modern kapitalistik.

Praktik politik kaum sawo matang, memang tergantung kekuatan pasar global. Tidak hanya budaya yang mana anak bangsa mudah mengekor budaya bangsa kulit putih. Aroma irama politik bangsa kulit kuning mudah diserap dan diresapi oleh anak cucu ideologis partai merah Nusantara.

Berangkat dari fakta lapangan, adanya hirarki martabat dalam formasi resmi partai politik usaha keluarga. Khususnya jika oknum ketua umum menyandang hak prerogatif. Kebijakannya sebagai harga mati. Menentukan nasib kader. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar