mati kesuwén
lungguh, kanggo negoro ora opo-opo
Bukan komedi politik situasional. Bukan berdasarkan fakta sejarah tulis
cepat. Bukan rekayasa cerita masa lampau. Bukan tema opini mimpi global, sekali
sabet puluhan suara tumbang.
Kapan terjadinya, dimana, siapa saja yang terlibat langsung dan terkait
tidak langsung. Bisa anda temukan di dua kejadian pada dua dunia yang berbeda. Kejadian
yang tak pernah ada, tapi rasanya sekarang koq malah ada.
Akankah mimpi atau angan-angan politik model seperti judul. Seolah menyimpang dari jalur politik penguasa
dan mengganggu sudut pandang penguasa. Bernasib dimarginalkan, ditepikan ke
tepi laut.
Jangan melawan arus jika tak menghendaki masa depanmu tergerus, cepat aus.
Realitas politik harian, praktik
gotong-royong, toleransi, solidaritas, tahu sama tahu tetap eksis. Soal dalam
pasal konotasi, stigma koalisi negatif, namun sah secara yuridis formal.
Kekuasaan simbolik menjadikan praktik kekuasaan berbasis aneka kepentingan
dari pelaku ekonomi. Praktik demokrasi secara tak sengaja menunjukkan fakta
bipolarisasi. Akhirnya, kebutuhan rakyat menjadi demokrasi tertulis. Dinyatakan
dengan bahasa pembangunan. Efektivitas penggunaan anggaran pembangunan, berdasarkan
mazhab modern kapitalistik.
Praktik politik kaum sawo matang, memang tergantung kekuatan pasar global. Tidak
hanya budaya yang mana anak bangsa mudah mengekor budaya bangsa kulit putih. Aroma
irama politik bangsa kulit kuning mudah diserap dan diresapi oleh anak cucu ideologis
partai merah Nusantara.
Berangkat dari fakta lapangan, adanya hirarki martabat dalam formasi resmi partai
politik usaha keluarga. Khususnya jika oknum ketua umum menyandang hak prerogatif.
Kebijakannya sebagai harga mati. Menentukan nasib kader. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar