people power vs black powder
Agak canggung pakai
istilah asing. Memang tak ada kata lain, atau terjemahan bebas yang enak di
kuping anak bangsa pribumi nusantara.
Mengingat bahwasanya
bangsa dan negara Indonesia, sebagai satu-satunya yang ber-Pancasila. Maka oleh
karena itu, Alhamdulillah selama Ramadhan 1440H berlangsung, tepatnya pas
olahkata ini dirilis, kamis 30 Mei 2019, jamaah masjid tak terusik oleh suara
ledakan petasan. Anak kalimat terakhir ini, rasanya menjawab judul.
Sejarah selalu
berulang dengan peristiwa yang tak jauh beda. Beda lokasi, beda pelaku. Tak hal
dengan Indonesia. Anak keturunan pelaku sejarah, bisa mengulang sejarah kakek
nenek moyangnya dari sisi yang bertolak belakang. Tak perlu contoh. Sejarah nasional
sudah membeberkan.
Bentuk lain
perulangan sejarah. Padahal kehidupan ini bukan pola linier, berulang, tipikal
atau repetitif. Tanpa sadar, kehidupan ini berjalan parallel. Misal minimal. Mengacu
sifat zat padat, cair, gas atau udara. Jika kita manusia dan atau orang, masuk
ke sebuah kamar. Maka apa dan atau siapa yang akan terdesak. Harus menyingkir,
kalah wibawa, kalah pesona dengan kita yang manusia.
Atau sesuai
keyakinan, yang dimaksud malah mampu masuk ke tubuh kita. Melalui aliran darah.
Bermarkas di ujung kuku kaki maupun ujung kuku tangan yang bak bak sampah. Tampak
di mata, kotoran hitam menempel santai di balik ujung kuku.
Tak perlu
repot-repot mencari jawaban “aku ini siapa?”. Berkepribadian ganda atau
bipolar.
Sebaliknya, dengan
ada benda lain yang tak terlihat, mampu mendesak, memojokkan fisik kita. Pas kita
duduk manis, padahal kita sedang diterjang barisan atau sedang berada di tengah
jalan dunia lain. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar