dinamika politik Nusantara, pelapor makar vs bela negara
Maunya dianggap pahlawan atau minimal dicap telah berbuat mulia bagi tanah
air. Modal peka lingkungan. Sambil jalan. Mata menatap tumpukan sampah di got. Air
menggenang. Radar hati belum tersentuh. Itu urusan dinas angkutan dan pemakaman
sampah.
Liwat deretan rumah dengan gang senggol. Aneka aroma irama bumbu dapur
menggoda fungsi utama hidung. Dia pikir. Ini orang miskin pamer menu rakyat. Berani
cabai, bawang putih. Suasana puasa tampak sejak azar, menu buka puasa dijual di
depan rumah. Berderet. Standard serba manis.
Model perumahan gang senggol menjadi obyek kampanye. Gang senggol waktu
plkada serentak diganti bata beton. Jelang pemilu serentak, Rabu 17 April 2019,
mendadak jadi beraspal. Rakyat tahu diri dan ucap kata.
Lepas gang senggol masuk jalan lingkungan. Mobil berpapasan, sudah tahu
sama tahu. Penghuni sekitar atau pelintas. Mirip jalan tikus ke kawasan
perumahan lainnya. Karena masuk kota. Muncul warung makan rakyat dengan aneka
label, format. Kebanyakan warteg. Lauk tahu, tempe, telor dadar tersedia. Tambah
sambal merah, silahkan. Apalagi kuah. Air putih bukan kemasan, gratis.
Daripada lelah keliling pakai gerobak jual mie rebus, nasi goreng. Mending buka
usaha indystri rumah tangga di teras
rumah, malam hari. Terdapat juga ajang kumpul berbagai anak bangsa. Tanpa agenda.
Didominasi kalangan remaja terlambat tua. Atau terbiasa hidup sederhana
tahu-tahu sudah mapan.
Hebatnya. Satu mulut bisa dengan aneka suara, serba ucap, multi cuap. Diajak
omong apa saja diladéni dengan gaya sok tahu. Tak jauh dengan gaya pejabat. Yang
tampak makan bangku sekolah, bicara sedikit banyak anggukan kepala.
Akhirnya, sang juru penguping keblusuk ke lokasi kejadian. Pas didengar rembugan,
besok gotong royonh gugur gunung. Bawa ‘senjata’ sesuai kebutuhan dan kebiasaan
masing-masing. Paginya, massa sudah berkumpul. Tunggu punya nanti, sang
pencetus ide malah tidak menampakkan batang hidungnya. Tenyata hidungnya sedang
dicokok petugas kebersihan lingkungan. Atas jasa oknum pelapor. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar