Halaman

Rabu, 22 Mei 2019

dinamika politik Nusantara, pelapor makar vs bela negara


dinamika politik Nusantara, pelapor makar vs bela negara

Maunya dianggap pahlawan atau minimal dicap telah berbuat mulia bagi tanah air. Modal peka lingkungan. Sambil jalan. Mata menatap tumpukan sampah di got. Air menggenang. Radar hati belum tersentuh. Itu urusan dinas angkutan dan pemakaman sampah.

Liwat deretan rumah dengan gang senggol. Aneka aroma irama bumbu dapur menggoda fungsi utama hidung. Dia pikir. Ini orang miskin pamer menu rakyat. Berani cabai, bawang putih. Suasana puasa tampak sejak azar, menu buka puasa dijual di depan rumah. Berderet. Standard serba manis.

Model perumahan gang senggol menjadi obyek kampanye. Gang senggol waktu plkada serentak diganti bata beton. Jelang pemilu serentak, Rabu 17 April 2019, mendadak jadi beraspal. Rakyat tahu diri dan ucap kata.

Lepas gang senggol masuk jalan lingkungan. Mobil berpapasan, sudah tahu sama tahu. Penghuni sekitar atau pelintas. Mirip jalan tikus ke kawasan perumahan lainnya. Karena masuk kota. Muncul warung makan rakyat dengan aneka label, format. Kebanyakan warteg. Lauk tahu, tempe, telor dadar tersedia. Tambah sambal merah, silahkan. Apalagi kuah. Air putih bukan kemasan, gratis.

Daripada lelah keliling pakai gerobak jual mie rebus, nasi goreng. Mending buka usaha indystri rumah tangga  di teras rumah, malam hari. Terdapat juga ajang kumpul berbagai anak bangsa. Tanpa agenda. Didominasi kalangan remaja terlambat tua. Atau terbiasa hidup sederhana tahu-tahu sudah mapan.

Hebatnya. Satu mulut bisa dengan aneka suara, serba ucap, multi cuap. Diajak omong apa saja diladéni dengan gaya sok tahu. Tak jauh dengan gaya pejabat. Yang tampak makan bangku sekolah, bicara sedikit banyak anggukan kepala.

Akhirnya, sang juru penguping keblusuk ke lokasi kejadian. Pas didengar rembugan, besok gotong royonh gugur gunung. Bawa ‘senjata’ sesuai kebutuhan dan kebiasaan masing-masing. Paginya, massa sudah berkumpul. Tunggu punya nanti, sang pencetus ide malah tidak menampakkan batang hidungnya. Tenyata hidungnya sedang dicokok petugas kebersihan lingkungan. Atas jasa oknum pelapor.  [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar