Halaman

Jumat, 31 Mei 2019

ramuan mental politik nusantara, mengekang kebebasan vs melegitimasi kekuasaan


ramuan mental politik nusantara, mengekang kebebasan vs melegitimasi kekuasaan

Ujar yang empunya cerita. Soal kata ahlinya, pendapat periwayat, abaikan. Diangkat dari fakta, tak berpengaruh secuwil pun. Kalau sudah masuk rumusan hidup berbasis 3 pilar: hukum, moral, politik. Serba saling.

Disparitas penegakan hukum akibat kebesaran politik menjadikan manusia menjadi setengah manusia. Dukungan moral hanya sebatas wacana, pemanis dan pemerah bibir. Mengutamakan ramuan ajaib revolusi mental, yang bebas hukum dunia.

Politik nusantara memang genit. Nyilih tangan liyan kanggo njambak. Model rambut ABCD (ABRI bukan, cepak doang), penguasa sudah punya penjaga yang sigap pasang badan 24 jam. Siap bela juragan. Sedia jadi pagar hidup lindungi majikan.

Blusukan ke laga tandang. Demi gengsi, harga diri dan wibawa negara. Agar jangan dikira pamer plonga-plongo. Cukup kirim wakil, menteri urusan politik luar negeri. Bebas aktif dan bebas tidak aktif di panggung dunia. Hemat energi.

Singkat ujaran tertulis. Rekam jejak, jam terbang, daftar riwayat hidup iblis yang telah ada jauh sebelum manusia pertama diciptakan. Iblis karena mengkritisi kebijakan Allah swt. Dengan gaya arogan manusia sekarang, iblis merasa serba  lebih ketimbang manusia. Menolak total ketika diperintahkan sujud atau memberi penghormatan kepada Adam. Semua kejadian terjadi di surga.

Kontrak iblis dengan Allah swt. Iblis berhak mengikuti manusia yang ada di bumi. Termasuk yang bermukim di Indonesia. Iblis tahu betul bagaimana sepak terjang manusia politik nusantara. Yang bikin iblis heran bin takjub. Merasa tak membisiki manusia politik di tahun politik 2019. Koq bisa terjadi adegan sesuai judul. Jangan-jangan ada iblis lokal. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar