ramuan mental politik nusantara, mengekang kebebasan vs
melegitimasi kekuasaan
Ujar yang empunya
cerita. Soal kata ahlinya, pendapat periwayat, abaikan. Diangkat dari fakta,
tak berpengaruh secuwil pun. Kalau sudah masuk rumusan hidup berbasis 3 pilar: hukum,
moral, politik. Serba saling.
Disparitas
penegakan hukum akibat kebesaran politik menjadikan manusia menjadi setengah
manusia. Dukungan moral hanya sebatas wacana, pemanis dan pemerah bibir.
Mengutamakan ramuan ajaib revolusi mental, yang bebas hukum dunia.
Politik nusantara
memang genit. Nyilih tangan liyan kanggo njambak. Model rambut ABCD (ABRI bukan, cepak doang), penguasa sudah punya penjaga
yang sigap pasang badan 24 jam. Siap bela juragan. Sedia jadi pagar hidup
lindungi majikan.
Blusukan ke laga
tandang. Demi gengsi, harga diri dan wibawa negara. Agar jangan dikira pamer
plonga-plongo. Cukup kirim wakil, menteri urusan politik luar negeri. Bebas
aktif dan bebas tidak aktif di panggung dunia. Hemat energi.
Singkat ujaran
tertulis. Rekam jejak, jam terbang, daftar riwayat hidup iblis yang telah ada
jauh sebelum manusia pertama diciptakan. Iblis karena mengkritisi kebijakan
Allah swt. Dengan gaya arogan manusia sekarang, iblis merasa serba lebih ketimbang manusia. Menolak total ketika
diperintahkan sujud atau memberi penghormatan kepada Adam. Semua kejadian
terjadi di surga.
Kontrak iblis
dengan Allah swt. Iblis berhak mengikuti manusia yang ada di bumi. Termasuk yang
bermukim di Indonesia. Iblis tahu betul bagaimana sepak terjang manusia politik
nusantara. Yang bikin iblis heran bin takjub. Merasa tak membisiki manusia
politik di tahun politik 2019. Koq bisa terjadi adegan sesuai judul. Jangan-jangan
ada iblis lokal. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar