Halaman

Kamis, 02 Mei 2019

lokalisasi kawanan loyalis penguasa


lokalisasi kawanan loyalis penguasa

Parameter loyalitas bagi mesin politik dibuktikan dengan kemenangan dan juara umum pemilu serentak. Selama periode berjalan, pihak yang dianggap tidak memiliki loyalitas karena tidak mampu melapangkan jalan bagi kekuasaan. Terlebih sudah diberi wewenang, tetapi tidak berani berjibaku, pasang badan demi keamanan juragan, keselamatan majikan.

Loyalitas wong cilik, orang desa terhadap praktik berbangsa dan bernegara. Sesuai idiom formal: desa mawa cara negara mawa tata (desa dengan adat istiadat, negara dengan undang-undang). Meskipun secara nikmat dunia mereka dijadikan kambing hitam, dikorbankan demi. Namun ungkapan jati diri: urip rekoso  iki kanggo negoro, ora opo-opo.

Loyalitas tunggal kepada eksistensi pemerintah akan mendatangkan berkah hidup. Dasar rasa sepi ing pamrih rame ing gawe, menjadi modal utama terwujudnya  tatanan sosial  gemah ripah loh jinawi karta raharja.

Berita eloknya, loyalitas politik Nusantara sesuai asas timbal balik. Modal berapa dapat apa.

Arus globalisasi menjadi andil utama pengggerus rasa loyalitas terhadap politik Nusantara. Penggunaan Pancasila sebagai ideologi nasional kian terdegradasi sejalan pasar bebas, kekuatan pasar makro dan ramah investor politik.

Tatanan budaya politik Nusantara melahirkan pasal bahwa yang baik dan benar, tergantung banyak tidaknya pemilih.

Dengan beda pilihan kata, bahwasanya tahanan politik yang mayoritas hasil pemilu serentak perlu diwadahi dalam satu wadah besar. Ingat olahkata “walau nila sebelanga, revolusi mental jalan terus”. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar