lokalisasi
kawanan loyalis penguasa
Parameter loyalitas bagi mesin politik dibuktikan dengan kemenangan dan
juara umum pemilu serentak. Selama periode berjalan, pihak yang dianggap tidak
memiliki loyalitas karena tidak mampu melapangkan jalan bagi kekuasaan. Terlebih
sudah diberi wewenang, tetapi tidak berani berjibaku, pasang badan demi
keamanan juragan, keselamatan majikan.
Loyalitas wong cilik, orang desa terhadap praktik
berbangsa dan bernegara. Sesuai idiom formal: desa mawa cara negara mawa
tata (desa dengan adat istiadat, negara dengan undang-undang). Meskipun
secara nikmat dunia mereka dijadikan kambing hitam, dikorbankan demi. Namun ungkapan
jati diri: urip rekoso iki kanggo negoro, ora opo-opo.
Loyalitas tunggal kepada eksistensi pemerintah akan
mendatangkan berkah hidup. Dasar rasa sepi ing pamrih rame ing gawe, menjadi modal utama terwujudnya tatanan sosial gemah ripah loh jinawi karta raharja.
Berita eloknya, loyalitas politik Nusantara
sesuai asas timbal balik. Modal berapa dapat apa.
Arus globalisasi menjadi andil utama pengggerus rasa loyalitas terhadap politik
Nusantara. Penggunaan Pancasila sebagai ideologi nasional kian terdegradasi
sejalan pasar bebas, kekuatan pasar makro dan ramah investor politik.
Tatanan budaya politik Nusantara melahirkan pasal bahwa yang baik dan
benar, tergantung banyak tidaknya pemilih.
Dengan beda pilihan kata, bahwasanya tahanan politik yang mayoritas hasil
pemilu serentak perlu diwadahi dalam satu wadah besar. Ingat olahkata “walau
nila sebelanga, revolusi mental jalan terus”. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar