Halaman

Sabtu, 27 April 2019

malunya anak bangsa Nusantara untuk berkata benar dan bertindak baik


malunya anak bangsa Nusantara untuk berkata benar dan bertindak baik
Budaya malu, urat malu atau semua pasal hukum yang menggunakan lema ‘malu’. Dikanibalkan dengan pasal kebahasaan. Berbahasa lisan maupun tulis, sebagai identitas jiwa, mental, nyali dan adab diri.

Pola dasar berbahasa yang baik dan benar. Benar sesuai aturan main, kode etik, adab dan adat maupun norma lokal. Baik dalam batasan bahasa sebagai seni, cerminan diri yang sudah terasah oleh suka-duka nikmat dunia.

Pihak atau sisi lain. Terbentuk narasi tentang aneka kejadian peristiwa skala bangsa dan negara, yang membentuk tatanan  logis” bukan kronologis. Format besar ditentukan, kemudian baru dicarikan isian yang sesuai. Manipulasi logis dipakai untuk memberi bentuk penalaran baru terhadap fakta. Gaya propaganda, promosi, provokasi secara santun. Model wong timur.

Keterbalikan dari daya kreativitas anak bangsa dengan mengolah dan mengelola menggunakan sumber daya apa adanya. Tak munafik jika antar bangsa dan negara terjadi ikatan ketersalingan. Pasti, hukum rimba akan berlaku. Polulasi demografi Nusantara nomr 4 (empat) di dunia, bukan jaminan sebagai nilai tawar. Malah sebaliknya, mudah ditawar.

Bandingkan dengan negara kamar sebelah. Terlihat siapa yang pegang kendali. Siapa yang layak menyandang gelar manusia unggul.

Kembali ke judul. Tindakan memalaskan diri, karena yakin jika mampu membaca realita. Ibarat jalan mundur. Akibat nalar politik yang melihat asas berbagi begitu dominan. Ketidakmampuan diri kian mengkerucut. Mau beroposisi terhadap diri sendiri, tahu hanya sebuah langkah kesia-siaan.

Tindak tutur, tindak ujar plus tindak tulis anak bangsa pribumi Nusantara dilengkapi kadar indeks kemampuan berbahasa. Tayang ulang rekam jejak perpolitikan di tanah air, akan memberikan kronologi lebih akurat terhadap tindakan nalar politik. Mampu membedah serba-serbi aspek pembentuk tindakan.

Tradisi lisan, tutur-tinular etnis atau wong Jawa, didaulat  sebagai pilar budaya yang masih eksis bergulir semenjak diadakan secara sadar. Kandungan lokal memuat pranata adab dan adat, aneka tata dan sanksi, gaya hidup, serta keterpaduan akal, tindak, ucap komunitas.  [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar