Buruk Politik Nusantara, Golput Dipidana
Laju percaturan peradaban politik
Nusantara berkat dukungan masif revolusi mental. Syahwat manusia politik, mulai
dari penggembira pasif sampai petugas partai, sudah melampaui kapasitas diri. Bagaimana
memberlakukan lawan politik, kubu beda dukungan dan beda pilihan sigap libas tuntas. Jangan dikasih
ampun. Bahkan jangan sempat berpikir.
Akhirnya, anak bangsa pribumi sulit membedakan mana kanan dan mana kiri. Akal,
nalar, logika kian sempurna untuk memanipuilasi dirinya. Virus penyakit politik
berkembang biak di tahun politik atau babak akhir periode 2014-2019. Kesehatan politik
mengalami kesulitan untuk mendeteksi.
Fakta dan data lapangan, tiap daerah pemilihan mempunyai penyakit politik
lokal. Efek domino pilkada serentak
belum tertangani. Rakyat siap dengan wabah politik pemiliu serentak 2019.
Lembaga survei, hasil jajag pendapat atau model cacah acak membuktikan. Manusia
politik tidak otomatis melek politik. Apalagi cerdas ideologi. Pos pengeluaran
biaya politik kian berlapis. Rasaha percaya diri kian menipis. Pemilu legislatif
kalah pamor dengan pilpres.
Jangan-jangan, lima tahun ke depan, nasib Nusantara berada di tangan wakil
rakyat dan atau wakil daerah apa adanya. Mulai dari stok lama sampai model di atas kertas.. Belum-belum,
biang kerok terjadinya golongan putih (golput) malah sudah pasang kuda-kuda. Rasa
muak rakyat bak puncak gunung es di laut bebas. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar