hitung cepat efektivitas demokrasi lima
tahunan
Pasca reformasi yang bergulir laju dari puncaknya, 21 Mei 1998. Indonesia
membuktikan diri sebagai negara berkembang secara periodik lima tahunan.
Terlebih semenjak pasangan RI-1 dan RI-2 dipilih langsung oleh rakyat di 2004.
Berkembang di tempat pas pemilu serentak 2019.
Gerakan manusia politik tampak kedodoran, bak sosok dinosaurus. Pemborosan
tenaga kerja. Urusan negara yang bisa ditangani oleh 1@2 partai menjadi kerjaan
keroyokan. Berkembang ditandai dengan negara multipartai. Dana politik dihitung
suara sah pemilu yang diraih sebuah partai politik.
Hukum ekonomi politik berlaku. Kain banyak kontestan, berbanding lurus
dengan kebutuhan biaya politik. Ketersediaan kursi wakil rakyat haruis diformat
ulang. Daerah otonomi baru masih belum bisa digarap dengan cermat.
Asumsi impor pangan untuk kepentingan ekonomi pengusaha. Dihitung berdasarkan kebutuhan makanan pokok per mulut, per ukuran
perut, per hari. Akumulasi hasil panen lokal kurang mencukupi. Kebijakan pemerintah
sudah dikendalikan.
Ketersediaan aneka ideologi. Parpol yang berdiri sebelum proklamasi. Menjadikan
Nusantara pasar bebas ideologi. Tak perlu impor. Menjadi ikon, acuan model utama
demokrasi melanggengkan kekuasaan.
Manipulasi suara rakyat hasil pemilu serentak 2019. Hari pertama terdapat
25 kepala negara kirim ucapan bela suka cita. Berita di running text TV
corong penguasa. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar