Halaman

Selasa, 23 April 2019

hitung cepat efektivitas demokrasi lima tahunan

hitung cepat efektivitas demokrasi lima tahunan

Pasca reformasi yang bergulir laju dari puncaknya, 21 Mei 1998. Indonesia membuktikan diri sebagai negara berkembang secara periodik lima tahunan. Terlebih semenjak pasangan RI-1 dan RI-2 dipilih langsung oleh rakyat di 2004. Berkembang di tempat pas pemilu serentak 2019.

Gerakan manusia politik tampak kedodoran, bak sosok dinosaurus. Pemborosan tenaga kerja. Urusan negara yang bisa ditangani oleh 1@2 partai menjadi kerjaan keroyokan. Berkembang ditandai dengan negara multipartai. Dana politik dihitung suara sah pemilu yang diraih sebuah partai politik.

Hukum ekonomi politik berlaku. Kain banyak kontestan, berbanding lurus dengan kebutuhan biaya politik. Ketersediaan kursi wakil rakyat haruis diformat ulang. Daerah otonomi baru masih belum bisa digarap dengan cermat.

Asumsi impor pangan untuk kepentingan ekonomi pengusaha. Dihitung berdasarkan  kebutuhan makanan pokok per mulut, per ukuran perut, per hari. Akumulasi hasil panen lokal kurang mencukupi. Kebijakan pemerintah sudah dikendalikan.

Ketersediaan aneka ideologi. Parpol yang berdiri sebelum proklamasi. Menjadikan Nusantara pasar bebas ideologi. Tak perlu impor. Menjadi ikon, acuan model utama demokrasi melanggengkan kekuasaan.

Manipulasi suara rakyat hasil pemilu serentak 2019. Hari pertama terdapat 25 kepala negara kirim ucapan bela suka cita. Berita di running text TV corong penguasa. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar