Halaman

Kamis, 04 April 2019

kondisi aktual rakyat vs rekayasa prosedural pesta demokrasi


kondisi aktual rakyat vs rekayasa prosedural pesta demokrasi

Penduduk miskin, rakyat melarat, masyarakat kurang beruntung, keluarga pra-sejahtera, warga negara termarginalkan, rumah tangga tidak layak hidup kaya, atau kemiskinan itu sendiri. Didaulat secara politis sebagai ketidakmampuan, ketidakberdayaan dari aspek ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar pangan dan non-pangan. Diukur dari kocék pengeluaran, daya belanja harian.

Kemiskinan anak bangsa pribumi, tidak menjadikan diri memakai asas pilitik luar negeri, gali utang tutup utang. Tidak ada yang bisa dijadikan agunan, jaminan. Cuma utang rokok ke warung rakyat. Atau pinjam beras ke tetangga akrab.

Klaim, asumsi maupun asas praduga atas hasil kajian, survei, sensus, studi banding. Semula dikhawatirkan bangunan politik, konsolidasi demokrasi, struktur ideologi Nusantara maupun pasal bernegara, tak akan mampu tegak di atas generasi senin-kamis dimaksud.

Bahan galian sila-sila Pancasila, diangkat dari perikehidupan nyata rakyat. Menu harian rakyat dalam praktik bermasyarakat. Adab interaksi, interelasi, integrasi sosial yang tak ditentukan teritorial dan batas wilayah administrasi.

Jangan bilang-bilang. Ojo kondo-kondo. Justru yang tuna cerdas ideologi, miskin melek politik adalah kawanan manusia politik. Tapi mereka punya ilmu lain. Di dapat dari praktik atau ilmu keturunan sesuai aliran darah.

Survei atau penyidikan, penyelidikan dengan seksama atas efektivitas, kemanfaatan, efek domino pilkada. Apalagi pilkara. Hanya sebatas bahan rapat evaluasi kinerja penguasa. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar