Halaman

Kamis, 04 April 2019

Dilema Survei Capres, Atas Petunjuk Partai vs Sesuai Kehendak Rakyat


Dilema Survei Capres, Atas Petunjuk Partai vs Sesuai Kehendak Rakyat

 Jangankan kredibilitas lembaga survei, metode survei pun langsung bisa diduga dari hasilnya. Lembaga survei yang marak di pilkada dan terutama pilpres, lebih memperkuat klaim dan asumsi pihak pemesan.

Bagaimana isi hati responden. Kita analogikan pada sistem hukum Indonesia.  Proses hukum kasus yang sama,  hakim dapat menjatuhkan suatu putusan yang tak sama alias beda. Bahkan melihat siapa yang berperkara, hakim berani tampil beda.  Walhasil, para pihak tidak dapat memprediksi final.

Jadi, jika satu orang sebagai obyek opini publik, jajak pendapat oleh berbagai lembaga survei. Jawaban sesuai arahan terselubung pensurvei.  Keisengan responeden muncul jika tahu maksud dan tujuan sebenarnya survei. Pakai budaya tepo sliro.

Seperti orang melangkahkan kaki masuk ke rumah makan. Sebagai obyek judi. Karena hanya ada 2@3 menu pilihan. Jika ditanya, pasti jawab dengan basa-basi. Beda jika ada pembisik menawarkan jasa. Mau traktir gratis. Pilihan jelas pada pihak pentraktir yang paling besar Rp-nya. Apalagi dengan iming-iming bonus.

Kemantapan pilihan atas dua pasangan capres dan cawapres,  pilpres 17 April 2019. Tergantung malam dan pagi terakhir. Religiusitas anak bangsa pribumi, akan muncul sesuai fitrah. Alam bawah sadar selalu mengajak kepada kebaikan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar