muka kamu manusia politik, amuk rakyat vs rakyat muak
Secara kebahasaan, masih ada satu kata dengan abjad yang
sama, beda urutan. Lema yang dimaksud adalah ‘kaum’. Kalau diatur, jadi kata kunci, enak disimak. Bahasa tetap
bahasa. Apresiasi bahasa menunjukkan martabat pribadi.
Olahkata, tata kalimat yang sederhana, enak di mata. Melalui
proses yang tidak sederhana. Bisa secara tak sengaja diketemukan. Sampai penemu
setelah sekian kali gagal dan gagal mencari formula kata.
Sampai sekarang pun mungkin penggemar gudeg Yogya tak
tahu persis siapa penemu ramuan dimaksud. Pernah diuraikan, gudeg butuh puluhan
bumbu dapur. Sampai mengapa gudeg kendil. Dimasak dengan kayu bakar. Menjadi cita
rasa dan karakter dasar gudeg.
Disantap di wadah pincuk, siru sebagai sendok. Makan di
tempat, lesehan bareng. Tanpa rasa ewuh pakewuh. Guyub
rukun sesama penggemar. Kian marak ditimpali pengamen klas jalanan.
Takhta untuk rakyat. Gudeg layak masuk meja hidangan
istana. Jamuan kenegaraan atau jamu tamu asing. Dikawal jajanan pasar. Jangan lupa
teguk jamu aneka khasiat. Dinobatkan oleh badan PBB urusan perut, gudeg menjadi
ikon dunia. Semoga tidak diklain oleh tetangga sebelah.
Tidap daerah, lepas batas wilayah administrasi, mempunyai
kuliner lokal. Ingat saja akan rumah makan Padang. Kendati yang punya dan penyaji
wong Jawa. Terutama yang tampil bak warung. Semacam warung Tegal, jelas menjad
usaha keluarga di rantau.
Demokrasi perut tak bisa dipaksakan dari atas. Adat makanan nasi. Intervensi dan kebijakan pemerintah
sebatas mengatur ketersediaan beras dalam negeri. Mau impor, sejauh tidak ada
pihak yang dirugikan. Sah-sah saja dan monggo kerso.
Pemerintah langsung tanggap darurat jika ada pihak yang
ingin menggusur, menggeser Pancasila dari tempat semula. Sejalan dengan praktik
demokrasi yang mengakomodir kepentingan partai politik. Muncul menu kerakyatan.
Lebih dari pernyataan ringan ‘atas kehendak rakyat’.
Menu global siap menggusur, menggeser eksistensi dan jati
diri menu Pancasila. Karena tidak ada perintah atasan, panggilan tugas. Kebijakan
partai selalu dominan. Akhirnya. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar