kesundang mbokdé
mukiyo, dudu kesandung
Memahami kekerasan simbolik secara alami telah dicerna bulat utuh oleh
tataran individu anak bangsa pribumi. Meramunya dengan daya akal, olah logika, kadar nalar dengan
asumsi mulia demi kemaslahatan bersama.
Sampai detik terakhir waktu, ramuan mental
lokal dan tradisional masih dianggap mijarab.
Melupakan sejenak tingkat kesulitan sehat
jiwa terutama bagi manusia politik yang bak mayat hidup. Belum ada hasil survei
cepat sebagai fakta kapan tradisi meracik dan meramu jamu ‘mudah lupa’.
Ramuan jamu politik dan cara pengobatan tradisional, cukup dipoleskan ke seluas
wajah tanpa pinggiran.
Metode atau cara pengobatan tradisional
Jawa yang ditemukan dalam manuskrip Serat Primbon Jampi Jawi jilid II
ada 6 cara, yaitu: (1) diminumkan, (2) ditaburkan, (3) di-cekok-kan, (4) di-boreh-kan, (5) di-pilis-kan, dan (6)
di-tapel-kan.
Menyoal politik identitas yang multitafsir. Ternyata, politik Nusantara terjebak
paham modus superioritas. Sedangkan politik lokal, politik akar rumput sekedar simbol etnik, tradisional. Diasosiasikan sebagai
sosok inferioritas dan ketertundukan pada peraturan penjajah ekonomi atau manusia ekonomi.
Tanggung jawab politik-moral perlu diwujudkan. Perpaduan antar tingkatan
budaya politik yang berdasarkan komponen dunia nyata. Menyadarkan diri bahwa
bangsa butuh banget budaya politik yang santun. Jauh dari kekerasan simbolik atasnama apapun. Saatnya
menumbuhkan struktur politik yang
manusiawi. Diperuntukkan manusia Indonesia. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar