Halaman

Sabtu, 27 April 2019

kesundang mbokdé mukiyo, dudu kesandung


kesundang mbokdé mukiyo, dudu kesandung
Memahami kekerasan simbolik secara alami telah dicerna bulat utuh oleh tataran individu anak bangsa pribumi. Meramunya  dengan daya akal, olah logika, kadar nalar dengan asumsi mulia demi kemaslahatan bersama.

Sampai detik terakhir waktu,  ramuan mental lokal dan  tradisional masih dianggap mijarab. Melupakan sejenak  tingkat kesulitan sehat jiwa terutama bagi manusia politik yang bak mayat hidup. Belum ada hasil survei cepat sebagai fakta kapan tradisi meracik dan meramu jamu ‘mudah lupa’.

Ramuan jamu politik dan cara pengobatan tradisional, cukup dipoleskan ke seluas wajah tanpa pinggiran.

Metode atau cara pengobatan tradisional Jawa yang ditemukan dalam manuskrip Serat Primbon Jampi Jawi jilid II ada 6 cara, yaitu: (1) diminumkan, (2) ditaburkan, (3) di-cekok-kan, (4) di-boreh-kan, (5) di-pilis-kan, dan (6) di-tapel-kan.

Menyoal politik identitas yang multitafsir. Ternyata, politik Nusantara terjebak paham modus superioritas. Sedangkan politik lokal, politik akar rumput sekedar  simbol etnik, tradisional. Diasosiasikan sebagai sosok inferioritas dan ketertundukan pada peraturan penjajah ekonomi  atau manusia ekonomi.

Tanggung jawab politik-moral perlu diwujudkan. Perpaduan antar tingkatan budaya politik yang berdasarkan komponen dunia nyata. Menyadarkan diri bahwa bangsa  butuh banget  budaya politik yang santun.  Jauh dari kekerasan simbolik atasnama apapun. Saatnya  menumbuhkan struktur politik yang manusiawi. Diperuntukkan manusia Indonesia.  [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar