Halaman

Sabtu, 20 April 2019

politik menentang dan menantang tap-Nya


politik menentang dan menantang tap-Nya

Diam dirinya seorang hamba Allah tetap produktif. Jungkir baliknya hamba dunia, akan selalu merasa kurang. Pitutur luhur wong Jawa, “kéré munggah ing balé”.

Sedemikiankah laku manusia politik atau praktik demokrasi Nusantara. Fakta lain berujar, efek domino negara multipartai antara lain, bak “seragam selembar bergantian memakainya”. Satu kursi banyak pantat.

Pergerakan adab politik Nusantara, sesuai pepatah-petitih anak bangsa Dayak Ngaju: 'Seperti timpakul, di mana batang timbul di situ ia naik.' Maksud hati,  orang yang tak tetap pendiriannya, di mana orang banyak di situ ia ikut.

Ironis binti miris. Ketika rakyat pengguna hak politik, dengan modal sadar politik. Memakai asas luber (langsung, bebas, rahasia) malah tidak bertimbal balik dengan toletransi politik oleh penguasa.

Penguasa dengan bebas aktif memainkan hasil hitungan suara sah, sebagai fakta terolah. Nafas sudah sampai tenggorokan, tetap menistakan diri sebagai pemenang. Lebih mulia mengorbankan kepercayaan rakyat daripada tidak dipercaya investor politik multinasional, semiglobal. Pancasila siap digadaikan.  [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar