politik menentang dan menantang tap-Nya
Diam dirinya seorang hamba Allah tetap produktif. Jungkir baliknya hamba
dunia, akan selalu merasa kurang. Pitutur luhur wong Jawa, “kéré munggah ing balé”.
Sedemikiankah laku manusia politik atau praktik demokrasi Nusantara. Fakta lain
berujar, efek domino negara multipartai antara lain, bak “seragam selembar
bergantian memakainya”. Satu kursi banyak pantat.
Pergerakan adab politik Nusantara, sesuai pepatah-petitih anak bangsa Dayak
Ngaju: 'Seperti timpakul, di mana batang timbul di situ ia naik.' Maksud hati, orang yang tak tetap pendiriannya, di mana
orang banyak di situ ia ikut.
Ironis binti miris. Ketika rakyat pengguna hak politik, dengan modal sadar
politik. Memakai asas luber (langsung, bebas, rahasia) malah tidak bertimbal
balik dengan toletransi politik oleh penguasa.
Penguasa dengan bebas aktif memainkan hasil hitungan suara sah, sebagai
fakta terolah. Nafas sudah sampai tenggorokan, tetap menistakan diri sebagai
pemenang. Lebih mulia mengorbankan kepercayaan rakyat daripada tidak dipercaya
investor politik multinasional, semiglobal. Pancasila siap digadaikan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar