Halaman

Rabu, 03 April 2019

golput konvensional vs dendam politik merah


golput konvensional vs dendam politik merah

Kejahatan ekonomi internasional sudah menjadi agenda dan menu dunia. Bukan mana yang lebih awal dibandingkan dengan krisis moneter. Korban utama, primer bisa sebuah negara. Hukum ekonomi memang dinamis, pandai menyesuaikan diri dengan pemerintahan sebuah negara.

Asas keseimbangan tak berlaku. Pihak yang diuntungkan kian memperkuat pundi-pundinya. Betul. Hukum rimba yang menjadi aturan main. Apakah ikhwal ini sebentuk dengan kejahatan terhadap perekonomian. Tanya kepada ahli ekonomi atau ahli hukum.

Berawal dari praktik masif bagasi berbayar. Ditindaklanjuti modus ekonomi korporasi tarif tiket. Tanpa pertanggungjawaban. Mudigah kejahatan korporasi. Merupakan salah satu bentuk White Collar Crime. Dalam rangkain bentuk kejahatan kerah putih. Pelaku utama dari golongan atas. Mempunyai kedudukan terpandang, terhormat dalam masyarakat.

Efek dominasi globalisasi maupun hegemoni Barat merujuk adanya saling ketergantungan (interdependency). Bidang politik menjadi tak bisa mandiri, berdaulat.

Kesadaran persatuan dan solidaritas yang menjadi watak dasar bangsa Nusantara. Akibat kejahatan politik, menjadi tergadaikan. Asumsi fakta sejarah, bencana politik nasional akibat solidaritas salah kaprah dengan ideologi asing.

Penyakit politik lokal, mulai dari politik dinasti, sistem keluarga di tingkat kabupaten/kota. Bahkan mulai dari tingkat desa yang mengenal pemilihan kepala desa serta tingkat kelurahan. Sampai tingkat multinasional, transnasional dengan politik kerjasama dengan sistem bagi hasil, balas jasa, balas budi sekaligus balas dendam.

Artinya, kejahatan politik memungkinkan pelaku utama maupun pihak lain mendapatkan keuntungan politik. Pihak lokal yang pernah merasakan nikmat politik, selalu akan kembali ke piringnya yang sudah kosong. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar