Halaman

Jumat, 12 April 2019

golput dan pemutih(an) suara


golput dan pemutih(an) suara

Efek domino, efek samping, efektivitas hoaks dari aspek silisilah yuridis konstitusional. Nilai ketatanegaraan sebagai alat utama pendaur ulangnya. Tanpa pasal mananpun dan atau pendapat ahli apapun. Tak perlu tanpa dukungan survei dan riset politik.

Lepas dari kandungan substansi dan kebahasaan, judul di atas sudah benderang siang. Anak batita yang sudah ‘melek digital’ tak perlu dikuliahi.

Tepatguna sekali libas menjadi stimulus, efek berantai keadaban politik Nusantara. Petugas partai menjadi pemain utama merangkap aktor perpanjangan tangan penyandang dana. Bentuk sukses belajar dari sejarah penyakit politik negara maju dan beradab.

Adab politik Nusantara jika dikelupas, dikupas tuntas malah kian menampilkan fakta ‘takhta dan atau mahkota bukan untuk rakyat’. Keterlibatan aktif rakyat hanya sebatas menggunakan hak pilih. Selanjutnya terserah kepada kebijakan partai.

Akumulasi kearifan lokal, secara yuridis formal kalah wibawa dengan skenario multinasional, arahan sutradara semiglobal. Biaya politik, ongkos politik menjadi karakter negara termaju, apalagi NKRI berkembang sampai kembang-kempis.

Cara manual bisa membuat hitungan surat suara secara berjenjang. Dikondisikan dalam satu koordinasi, kendali, komando. Rakyat sudah diopinikan, terkontaminasi dengan hasil survei. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar