golput dan pemutih(an) suara
Efek domino, efek samping,
efektivitas hoaks dari aspek silisilah yuridis konstitusional. Nilai
ketatanegaraan sebagai alat utama pendaur ulangnya. Tanpa pasal mananpun dan
atau pendapat ahli apapun. Tak perlu tanpa dukungan survei dan riset politik.
Lepas dari kandungan substansi
dan kebahasaan, judul di atas sudah benderang siang. Anak batita yang sudah
‘melek digital’ tak perlu dikuliahi.
Tepatguna sekali libas menjadi
stimulus, efek berantai keadaban politik Nusantara. Petugas partai menjadi
pemain utama merangkap aktor perpanjangan tangan penyandang dana. Bentuk sukses
belajar dari sejarah penyakit politik negara maju dan beradab.
Adab politik Nusantara jika
dikelupas, dikupas tuntas malah kian menampilkan fakta ‘takhta dan atau mahkota bukan untuk
rakyat’.
Keterlibatan aktif rakyat hanya sebatas menggunakan hak pilih. Selanjutnya
terserah kepada kebijakan partai.
Akumulasi kearifan lokal, secara
yuridis formal kalah wibawa dengan skenario multinasional, arahan sutradara
semiglobal. Biaya politik, ongkos politik menjadi karakter negara termaju,
apalagi NKRI berkembang sampai kembang-kempis.
Cara manual bisa membuat
hitungan surat suara secara berjenjang. Dikondisikan dalam satu koordinasi,
kendali, komando. Rakyat sudah diopinikan, terkontaminasi dengan hasil survei. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar