reuni kebangsaan Nusantara: gudhal, blobok, jalawatu, upil
Memang bukan kejadian luar biasa maupun
kejadian biasa di luar. Acara di luar norma, adat wong timur acap atraktif. Apalagi si tukang cuap, ucap
adalah ahli tahi angin. Eloknya, gelembung, buih, busa menutupi teritorial Ibu
Pertiwi. Seolah ada persatuan dan kesatuan antar pulau.
Kejadian apa pun asal mendapat pujian dari asing, dianggap prestasi di luar
angan-angan politik dalam negeri. Rakyat yang tidak gagap ideologi, hanya bisa
elus dada sendiri. Prihatin melihat martabat penguasa sedemikian dangkalnya.
Simak santai peribahasa: “Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang
mandi kembali lagi ke kubangannya.” Demikianlah
maksud fakta ada orang bebal yang mengulangi kebodohannya. Kata orang bijak,
ada orang yang mengulangi kebodohannya, mengulangi dosanya alias pertobatan
tanpa bukti. Orang macam ini dikatakan sebagai orang bebal.
Kotoran hati siapa dapat duga. Bahkan ybs merasa bersih-bersih saja. Tampilan
wong bebal karena tidak membawakan peran dirinya sendiri. Sibuk mengurus
kotoran orang lain. Bukan contoh, maraknya olok-olok politik sebagai simbol
bebal politik.
Hubungan antar anak manusia politik, sesuai perjanjian bebas dengan
penguasa alam lokal. Kian manusia mampu memproduk ampas pencernaan jiwa raga. Pratanda
telah menyatu dengan sangkan paraning dumadi. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar