Halaman

Selasa, 02 April 2019

dilema martabat bangsa, inspeksi saluran pernafasan vs goyang panggung misbar


dilema martabat bangsa, inspeksi saluran pernafasan vs goyang panggung misbar

Budaya layar tancap menjadi alternatif utama temu warga. Atau acara panggung rakyat. Dua model ini masuk kategori misbar alias gerimis bubar. Praktiknya, justru gerimis acara goyang kian membara. Diyakini, aparat tak ikut campur dengan urusan lokal.

Orgen tunggal. Acara pernikahan di rumah tinggal bisa sampai malam. Sampai penonton mabuk kursi. Sunatan dini pun tak mau kalah pamor. Usai hajatan bisa-bisa bisa tekor. Pesta rakyat tetap diminati.

Rakyat tidak peduli dengan siapa yang akan angkat suara. Butuh dengar apa isi ujaran. Gaya komedian itulah yang dicari. Pertunjukkan wayang kulit. Adegan ‘goro-goro’ tengah malam, menu favorit pengakses. Rakyat terwakili jika tokoh angkara, sosok criminal turun-temurun dibikin babak bundas oleh sang petugas partai.

Soal dalang salah comot senjata andalan. Misal, Arjuna yang dikenal dengan panah asmara. Tampil membawa berita acara propaganda, promosi, provokasi kiat sukses jadi. Emosi penonton diacak-acak demi kepuasan investor politik global. Adegan diimbangi mbokdé Limbuk bisa mabur. Menerjang kepulan asap karhutla. Dikira awan putih. Berkat ramuan ajaib revolusi méntal. Siapapun siap mental, mental-mentul.

Suara Bima, mendadak terkekeh-kekeh payah. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar