Halaman

Senin, 08 April 2019

derajat kemanusiaan Nusantara, manusia utuh vs pribadi komplit


derajat kemanusiaan Nusantara, manusia utuh vs pribadi komplit

Manusia diciptakan Allah SWT dengan struktur anatomi, perangkat diri paling baik. Fitrah manusia dianugerahi Allah SWT dengan atribut dan modal pribadi. Diwujudkan liwat keseimbangan jiwa raga, kesetaraan lahir batin serta ikhwal lainnya.

Pertambahan dan pertumbuhan watak manusia yang mungkin tak selaras dengan daya diri. Dalam hitungan hari, manusia bisa berubah. Bukan karena labil jiwa atau selalu mencari jawaban ‘siapa aku’.

Ketika rasa aku dan diri sendiri terlibat konflik. Tanpa tahu peruntukkannya. Isi hati atau isi perut manusia memang saling menguatkan. Perang batin dimulai saat merasa mana yang wajib dan mana yang sebaliknya.

Wajar jika naluri, insting manusia lebih mengutamakan yang bukan wajib atau kewajiban. Persaingan pribadi mengatakan, pilih da utamakan yang di depan mata. Yang tampaknya seolah tidak tampak, atau agaknya nanti setelah ketahuan belangnya. Baru beraksi. Nanti saja dilakukan.

Manusia tak betah memeluk lutut bergulat dengan waktu penantian. Tak kerasan duduk manis bergumul dengan waktu tunggu. Cepat bosan dalam proses antrian, penantian, penungguan. Namun, tak bersegera menyegerakan kewajiban. Di awal waktu atau masih tenggang waktu.

Ketika hubungan antar manusia; interaksi, intergrasi, interelasi sosial; bermasyarakat dan berbangsa dirumuskan secara formal. Menjadi prinsip kemanusiaan. Sejatinya pasal kemanusiaan merupakan hukum obyektif. Bukan obyek kebijakan. Tidak  tergantung pada selera kemauan pribadi manusia. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar