Halaman

Senin, 08 April 2019

Mengulang-ulang Adegan Pembenaran


Mengulang-ulang Adegan Pembenaran

Wajar, jika ada 10 hasil survei oleh lembaga survei berbeda, menghasilkan kesimpulan akhir yang sama tapi tak serupa. Pada kisaran yang tak beda jauh. Seolah ada keseragaman ‘ilmu survei’.

Pertanyaan mendasar adalah seberapa banyak keterwakilan responden atau obyek survei. Menyangkut peluang keterpilhan pada pilpres, jelas tak asal cari lokasi yang terjangkau. Pilih responden yang gampang diajak bicara kalau model wawancara.

Memanfaatkan digital melayani, cari kelompok masyarakat yang sudah ramah teknologi. Tak lupa tentukan lokasi aman pada daerah pemilihan. Jelas geografis politiknya.

Pihak lain, gelombang propaganda, promosi, provokasi penguasa selalu menampilkan kisah sukses, berita baik, melebihi panggilan tugas, atas nama rakyat. Adegan ayunan cangkul pertama kemandirian pangan, peletakkan batu pertama atau penanaman kepala kerbau, sampai acara negara pada pengguntingan pita atau peresmian akhir proyek fisik.

Hukum keseimbangan berlaku. Berita baik pada hakikatnya untuk menutupi berita buruk. Fakta kinerja sesuai kewajiban, ditayangkan sedemikan atraktif. Padahal, masih banyak PR yang mangkrak. Apalagi kalau pengamat asing ikut menilai kisah sukses yang non-substansial. Negara atau badan pemasok utang luar negeri, tahu betul karakter penguasa Nusantara. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar