Halaman

Sabtu, 06 April 2019

Nusantara darurat politik kemanusiaan


Nusantara darurat politik kemanusiaan

Ngomongin harga eceran tertinggi politik Nusantara. Mirip adu argumen tentang taktik olah sampah. Sampah rumah tangga yang sudah ada partainya, partai bak sampah. Masih menimbulkan masalah di tingkat kabupaten/kota. Bantuan luar negeri untuk pemberantasan sampah sejak dini.

Pelaku penyampah di masyarakat sampai petugas partai sampah. Berlomba adu nyali demi sejahtera diri. Daya juang yang melampaui panggilan tugas, hanya menyisakan sampah janji utang vs utang janji. Sedemikiannya, harga diri diminimalisir hingga batas ambang bawah.

Tata urutan sila pada Pancasila, sesuai dengan situasi kondisi suasana kebatinan rakyat. Bisa juga sebagai antisipasi urutan masalah pascaproklamasi. Sebut saja sila kedua ‘Kemanusiaan yang adil dan beradab’.

Sinyelemen para pendiri bangsa, bisa terjadi. Runyamnya, bukan dari sentimen negatif pasar lokal. Lebih dikarenakan efek domino budi pekerti penguasa. Kajian akademis maupun hasil studi banding atau pengamatan asing. Hanya menambah daya geleng-geleng kepala.

Terbiasa hidup di timbulan dan timbunan sampah. Akhirnya saat hirup udara segara, malah merasa dizalimi petugas partai sebelah. Sekian periode,  turunan merasa mapan, aman, nyaman. Karena tuntutan internal, diminta geser sedikit. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar