méntalitas mbokdé
mukiyo, ngadeg jejeg dredheg vs jégang sumelang wirang
Praktik edukasi, otodidak atau pembelajaran spiritual
untuk mengenal jiwa sendiri. Lebih fokus menemukenali kanekaragaman jiwa. Sengaja
mengabaikan tahap penyucian jiwa dan laku pensucian jiwa.
Rekam jejak keadaan kejiwaan anak bangsa pribumi,
bumiputera, putra-putri asli daerah di Nusantara, menjadi pengalaman pribadi yang hiperaktif. Bukan urusan
benar atau salah, baik atau buruk. Memang tak wajar dipublikasikan apalagi
sebagai promosi diri. Pola hidup berjiwa ini tidak bisa diduplikasi, direplikasi oleh pihak
lain.
Namanya manusia. lebih bangga dengan modal nama baik
kakek nenek moyang. Tak perlu repot dan sibuk peras keringat sendiri. Duduk
manis tahu-tahu sudah sampai.
Struktur politik yang tidak berlandaskan faktor jiwa,
rentan gagal secara personal maupun kepartaian. Pengalaman berpolitik, bahkan
sebuah bentukan parpol lokal lebih tua ketimbang NKRI, bukan jaminan matang
jiwa.
Pola permainan yang mengandalkan peruntungan. Petaka politik
mulai adanya asas oposisi setengah hati, oposisi banci. Sisi berlawanan tapi
saling melengkapi. Pasal makar konstitusional oleh petugas partai yang sedang
duduk manis di bangku cadangan. Masih untung, masih ada peluang untuk diterjunkan.
Kalau sudah jadi kiper cadangan. Tunggu nasib buruk. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar