adab bernegara Nusantara masuk stadium
balik adab
Agar tak tendensius dan hindari kilas bias. Kita sandingkan judul dengan
peribahasa “janma angkara mati murka”. Makna sederhananya, manusia angkara
meninggal serakah. Diuraikan, menjadi 'manusia angkara tertimpa musibah karena
keserakahannya’.
Wong serakah mati karena keserakahannya. Serakah merupakan sifat dasar
manusia yang perlu dihindari. Untuk itu, orang Jawa berprinsip pada sakmadya, secukupnya, seadanya, sedang saja, pas. Kalau banyak jangan terlalu
kebanyakan, kalau sedikit jangan terlalu sedikit.
Semula, istilah ini sebagai ilustrasi watak, perilaku, sifat orang yang sibuk
mengumpulkan harta-benda sampai
meninggal. Kemajuan zaman, layak diterapkan pada manusia yang gemar menumpuk
kekuasaan.
Pemahaman diri wong Jawa, watak itu tidak dapat diubah. Sebagai gawan bayen. Dari sono-nya. Merekayasa watak manusia berarti memanipulasi
bentuk dan struktur genetis manusia. Wong Jawa acap menyebut faktor genetis ini
dengan bibit. Bibit inilah
yang secara genetis menurunkan watak manusia. Hasil kombinasi watak kedua orang
tuanya. Atau watak berulang, sifat menurun silang atau lintas generasi dari
kakek-neneknya.
Tak ada kaitan dengan fakta anak cucu ideologis tak ada matinya. Tak ada
rasa kapok, jera. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Interaksi dan intergrasi
sosial. Sentuhan peradaban, memunculkan sifat dan perilaku. Metode salah asah,
salah asuh, salah asih menjadikan anak bangsa merasa bisa.
Perhatikan ungkapan maknawi babat, bibit, bebet, dan bobot kemanusiannya. Watak
bersifat netral. Bukan sebagai stigma atau konotatif. Dibedakan antara watak
baik dan watak buruk. Guyon maton wong Jawa: “lara weteng bisa ditambani, lara watek dienteni nganti
mati”. Ungkapan itu bermakna
'sakit perut dapat disembuhkan, tetapi kalau wataknya yang sakit, kesembuhannya
hanyalah kalau ia sudah meninggal'.
Ironis binti miris, menyebut watak yang buruk sebagai penyakit yang tidak
bisa disembuhkan. Sejarah membuktikan, jika si penyandang watak buruk, menemukan
lingkungan yang tepat. Tumbuh kembang sebagai potensi diri. Merasa bisa. Cocok untuk
petugas partai. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar