"beri aku 10 pendusta, akan kutagih azab Tuhan"
Judul yang tetap judul bebas. Merupakan salah satu matapelajaran mengarang
di SR (Sekolah Rakyat) zaman decade pertama Orde Lama. Para pendidik saat itu
mengajar semua matapelajaran. Kecuali ilmu agama Islam.
Sebagai matapelajara mengarang, membuat cerita. Tak salah, arti ‘ngarang’ gaul
wong Jawa adalah ngawur. Atau ‘asal’. Cuma rekaan. Bisa saja fakta tersedia di
lapangan. Pihak pembuat sensasi imu karangannya masih dangkal.
Padahal ada matapelajaran menyayi di depan klas. Sehingga anak didik,
peserta didik utawa murid tak demam panggung. Radio masih menjadi barang
langka, tapi tidak mewah. Berita utama dari siaran RRI Nusantara II Yogyakarta.
Pendidik politik yang tersaji berupa istilah “Kedaulatan Rakyat” atau KR. Berupa
surat kabar. Betapa beberapa anak pendiri, pemilik KR menjadi murid di SR kami.
Hanya beberapa gelintir murid antar jemput pakai mobil. Kepsek dan para guru
baru kenal kereta angin, sepeda onthel. Kakak
beradik di SR yang sama. Memudahkan transportasi. Becak atau andong. Sedikit berada,
pakai motor.
Bendera kecil untuk dipasang di gitik atau tangkai bambu, terbuat dari
kertas. Sambut pak Karno turun di Meguwo menuju Gedung Agung. Masih banyak
acara berkaitan dengan sibuk RI-1 dan atau RI-2. Tak kalah meriah jika kepala
negara asing singgah di kotaku.
Kembali ke matapelajaran SR. Masih terdapat ‘Budi Pekerti’. Di jalanan, di
tempat umum adab bertetangga sampai bermasyarakat masih bernuansa perwujudan
budi pekerti. Sopan santun terjaga oleh pihak mana pun. Tepo sliro dari sing duwé kerso, aman-aman saja.
Pasca SR masuk SMP. Terjadilah kudeta politik oleh PKI. Kentungan
melahirkan Pahlawan Revolusi. Salah satu anak Paklawan Revolusi, Danrem 072
Pamungkas, satu angkatan, beda klas.
Langsung masuk ke mengarang berdasarkan fakta akhir periode 2014-2019. Adab
bernegara kian tak beradab. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar