Halaman

Minggu, 21 April 2019

"beri aku 10 pendusta, akan kutagih azab Tuhan"


"beri aku 10 pendusta, akan kutagih azab Tuhan"

Judul yang tetap judul bebas. Merupakan salah satu matapelajaran mengarang di SR (Sekolah Rakyat) zaman decade pertama Orde Lama. Para pendidik saat itu mengajar semua matapelajaran. Kecuali ilmu agama Islam.

Sebagai matapelajara mengarang, membuat cerita. Tak salah, arti ‘ngarang’ gaul wong Jawa adalah ngawur. Atau ‘asal’. Cuma rekaan. Bisa saja fakta tersedia di lapangan. Pihak pembuat sensasi imu karangannya masih dangkal.

Padahal ada matapelajaran menyayi di depan klas. Sehingga anak didik, peserta didik utawa murid tak demam panggung. Radio masih menjadi barang langka, tapi tidak mewah. Berita utama dari siaran RRI Nusantara II Yogyakarta.

Pendidik politik yang tersaji berupa istilah “Kedaulatan Rakyat” atau KR. Berupa surat kabar. Betapa beberapa anak pendiri, pemilik KR menjadi murid di SR kami. Hanya beberapa gelintir murid antar jemput pakai mobil. Kepsek dan para guru baru kenal kereta angin, sepeda onthel.  Kakak beradik di SR yang sama. Memudahkan transportasi. Becak atau andong. Sedikit berada, pakai motor.

Bendera kecil untuk dipasang di gitik atau tangkai bambu, terbuat dari kertas. Sambut pak Karno turun di Meguwo menuju Gedung Agung. Masih banyak acara berkaitan dengan sibuk RI-1 dan atau RI-2. Tak kalah meriah jika kepala negara asing singgah di kotaku.

Kembali ke matapelajaran SR. Masih terdapat ‘Budi Pekerti’. Di jalanan, di tempat umum adab bertetangga sampai bermasyarakat masih bernuansa perwujudan budi pekerti. Sopan santun terjaga oleh pihak mana pun. Tepo sliro dari sing duwé kerso, aman-aman saja.

Pasca SR masuk SMP. Terjadilah kudeta politik oleh PKI. Kentungan melahirkan Pahlawan Revolusi. Salah satu anak Paklawan Revolusi, Danrem 072 Pamungkas, satu angkatan, beda klas.

Langsung masuk ke mengarang berdasarkan fakta akhir periode 2014-2019. Adab bernegara kian tak beradab. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar