Halaman

Senin, 26 Juli 2021

seleksi alami buatan, keplepek bèn klepek-klepek

 seleksi alami buatan, keplepek bèn klepek-klepek

 Jelas jauh dari citra tes wawasan kebangeten. Malah lebih daripada itu, skala global, multipihak. Bebas pakai haluan politik apa saja, belok kiri boleh langsung. Anak cucu kronologis paham nasakom Orde Lama, bebas tepuk jidat sendiri. Tanda kehabisan akal licik, akal bulus, akal buaya. Cadangan tidak terduga tunggu tanggal main.

 Jika nusantara berani tidak impor beras dari negara asing. Bioteroris akan bicara. Serbuan senyap tahu-tahu panen gagal bukan karena bencana alam. Bauran, oplosan, beririsan anti hama dengan penyubur padi. Kian menambah duka keluarga petani. Sertifikat gratis atau bagi-bagi lahan gurem agar swasembada beras layak dipetakan.

 Setiap orang gemar mendapat kebaikan, hobi menerima kebaikan hati orang lain. Nyaman dengan sentuhan ramahnya alam. Namun tak setiap manusia gemar berbuat baik. Apalagi hobi melestarikan alam. Merasa alam, tanah-air  wajib mengayomi penghuni bumi. Kalau sudah bicara kebijakan tanah-air. Tidak bisa berimproviasi. Ujar bebas tanpa ilmu. Apalagi tak secuwilpun mamahami wasasan nusantara, bela negara, ibu pertiwi memanggil. Bahwasanya, semangat kebangsaan mengawali munculnya rasa cinta tanah air. Menjaga stabilitas wibawa negara.

 Sila-sila Pancasila merupakan bahan galian menu harian rakyat. Daya lokal, tapak tanah atau akar rumput, bukan obyek kebijakan. Simak kearifan geografis (geographic wisdom), yaitu kearifan lokal yang terakumulasi menjadi potensi dan daya lokal. Ikatan moral menjadi pemersatu rasa dan pembangkit sinergitas. Upaya masyarakat yang bertimbal balik dengan teritorial. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar