Halaman

Senin, 05 Juli 2021

revolusi mental vs amanat penderitaan rakyat

 revolusi mental vs amanat penderitaan rakyat

Kendati produk satu tangan, dari tangan pertama di zaman Orde Lama. Lanjut zaman multipartai reformasi kebablasan plus keblusuk. Ramuan ajaib “revolusi mental” didengungkan oleh petugas binaan partai di periode 2014-2019. Bahan kampanye politik pilpres 2014. Hasil akhir berupa status dinamis indeks, angka, indikator predikat negara sedang, masih, selalu, akan terus aktif berkembang. Misal indeks persepsi korupsi, indeks demokrasi nusantara, indeks masyarakat sipil, Indeks Kerukunan Umat Beragama.

 Penamaan jembatan mengalami perubahan, dari semula Jembatan Musi menjadi Jembatan Bung Karno, namun dinamika politik tanah air yang berkembang, nama jembatan diganti menjadi Jembatan Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera) hingga sekarang. Jembatan ini diresmikan Letnan Jenderal Ahmad Yani selaku Kepala Staf Angkat Darat (KASAD), 30 September 1965, beberapa jam sebelum tewas menjadi korban peristiwa Pemberontakan Partai Komunis Indonesi (PKI) / Gerakan 30 September 1965. (sumber olahan MAJALAH KIPRAH Vol 107 th XX | Edisi Khusus 75 tahun PUPR).

 Sepertinya konsep Ampera menjadi beban mental berkelanjutan menimpa trah notonegoro BK. Mental tangan di bawah, sigap tadah hasil lelang dan atau penunjukkan langsung kuasa negara tanpa tetes keringat diri. Ampera menjadi peninggalan sejarah sebelum dipraktekkan, diwujudkan. Jangan sekali-kali melupakan Ampera. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar