nyonyor bebek angsa, nyosor jatah kursi koalisi
Keberlanjutan sejarah atas nama partai politik dadakan. Sebut saja, parpol bermutu panas dalam adem luar. Tidak pakai singkatan, akronim. Model receh beginian biasanya jebolan asas “lubangi-beringin” zaman rezim politik-militer Orde Baru. Oknum ketua umumnya, dengan wajah berhiba-hiba, adu tempel ke pantat penguasa.
Masuk babak kedua, tidak kebagian posisi main yang diincar. Porsi eksekutif berkurang. Padahal kursi wakil rakyat bertambah. Langsung balik badan plus balik adab. Kebablasan, keblusuk loyalnya, mau balik arah kejauhan. Ke arah 2024 kian jauh dan menjauh. Ini politik mbah! Cara haram banyak pesaing. Tidak haram untuk laku komprador alias kompromi politik dengan pihak yang lebih menjanjikan.
Jabatan ketum identik punya tiket
nyapres. Main aman, sarankan model ”dèn bagusé brakotono, pendorong 3 periode
birong” atau tambahan waktu 2x15 menit. Selebihnya, kembali ke cita-cita mulia
bangun bentukan partai politik. Perang udara kian terbuka. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar