Halaman

Rabu, 21 Juli 2021

ungkit bangkitkan kecerdasan anak bangsa berpolitik cerdas

 ungkit bangkitkan kecerdasan anak bangsa berpolitik cerdas

 Sitem kepartaipolitikkan dan mekanisme pemilihan umum tidak mendukung secara nyata. Menu politik nusantara lebih banyak ikut gendang irama politik global. Macam ekonomi makro. Kemandirian dan kedaulatan partai politik tidak bulat utuh 100%. Kebijakan politik dalam negeri seolah tidak memberi peluang kepada anak bangsa pribumi. AD dan ART partai politik terbuka mesra kepada pihakan potensial penggerak roda ekonomi badan usaha milik keluarga.

 Pilkada serentak kian menunjukkan jati diri penguasa untuk tetap mencengkeram nusantara mulai dari daerah kota/kabupaten. Koalisi partai politik pro-penguasa pada pilpres tidak otomatis berlanjut nurut sampai pilkades. Penguasa otoritas politik daerah hasil binaan rezim politik-militer Orde Baru, tetap eksis. Teritorial politik menjadi lumbung suara yang sulit digoyang. Kompromi politik, barter politik membuat pesta demokrasi bak pasar lelang kursi secara konstiusional.

 Haluan politik belok kiri boleh langsung, keberlanjutan paham ‘nasakom’ Orde Lama bergulir aman bebas di semua lini kehidupan politik bangsa dan negara. Kaderisasi liwat jargon partai pro wong-cilik dan seolah paham amanat penderitaan rakyat. Tirani minoritas di era reformasi mendapat tempat, aman bebas manuver. Pesuruh partai binaan partai politik menjadi alat politik multipihak. Daerah pengaruh presiden secara kasat cuma sekitar istana presiden. Simbol. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar