Halaman

Minggu, 18 Juli 2021

dapukan wayang nusantara, mégatéga marang bangsa déwé

 dapukan wayang nusantara, mégatéga marang bangsa déwé

Untuk kesekian kali tak terasa, terbiasa dengan. Semua bicara sudah di luar kepala, saking sering dan itu-itu saja. Ketik ada adegan di luar skenario, tetap lakukan hafalan dadakan. Agar jidat tampak mikir, gaya mulut dibuat sedemkian sunggingannya. Patokan pada karakter wayang kulit. Arjuna gemulai tanda lelaning jagat.

 “Ganti kanan dengan kaki kiri, grak . . . “, aba-aba ki dalang sobopawon. Sudah lama tidak mentas. Tidak ada yang nanggap. Order wayang kulit sedang priharin. Semua manusia di bumi nusantara, rangkap jadi wayang. Tanpa ganti kostum, bisa ganti peran. bebas gender. Babakan “anoman takon bopo” karena merasa anak penguasa langit.

 Watak bertolak belakang dikemas dalam paket bagi-bagi kursi. Antreja bisa amblas masuk bumi, disimbolkan dengan tokoh teranyar yang belum diketahui lokasi maupun alamat terakhir. Ada di redaksi siang. Ganti waktu ganti meja. Wayang njawani menyoal betara guru koq bisa metengi wong donya. Akal-akalan siapa. Pakem memang tempat rumah sakit lali jiwo. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar