Halaman

Minggu, 25 Juli 2021

baru tahu ya, kalau . . .

baru tahu ya, kalau . . .

Penggunaan kata ‘ya’, tidak sesederhana jika ditulis. Pertanyaan plus pernyataan ditujukan kepada sayanya, dengan rasa bangga sudah tahu. Bahkan jauh waktu tahunya katimbang saya. Padahal, adab gaul bermanusia lebih suka – bahkan lebih mulia – tidak pernah dengar hal-hal yang bukan urusan kita. Masuk kuping tak disengaja bikin rugi stabilitas jiwa raga. Allah SWT memelihara pendengaran hamba-Nya agar tidak terkontaminasi fitnah dunia.

 Bicara soal mudharat, kesia-siaan tidak mulai dari angka “0” (nol). Berkenormalan start pakai gigi 1 langsung tancap gas dalam hitungan detik. Strata, jenjang tertentu “merasa tahu” bak simpan bara dalam tumpukan jerami. Tahu laku orang lain, lebih baik biar ybs saja yang tahu. Bahkan ybs saja acuh tak acuh dengan laku diri yang secara normatif kebangsaan menyimpan. Malah bangga kelihatan eksis di antara.

 Apalagi ke-tahu-annya dari orang penting. Merasa tahu masalah penting. Wong awam paham tapi tetap bungkam. Tidak disimpan, tidak dipendam dalam hati jadi memori. Sibukkan diri dengan urusan masa depan tanpa akhir. Kita tidak pernah tahu apa kata orang tentang diri kita. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar