Halaman

Minggu, 11 Juli 2021

takut bécék, tidak takut banjir

 takut bécék, tidak takut banjir

 Banjir sebagai tolok ukur pembangunan yang tidak ramah air. Kurang memanfaatkan watak air. Tetesan butir air hujan tidak disambut terbuka oleh tanah di halaman rumah, pekarangan, kebun. Manusia takut dengan bécék di jalan depan rumah, tetapi tidak takut dengan banjir masuk kamar rumah. Bécék mempengaruhi penampilan. Mencoreng citra, pesona, wibawa diri. Soal banjir, banyak temannya. Bahkan, ada ilmu, rekayasa, modifikasi agar lingkungannya bebas banjir. Air hujan didistribusikan secara masif, dialihkan, disalurkan ke tempat lain secara sistemastis, yang lebih rendah tentunya. Sesuai sifat air.

 Tinggal glanggang colong playu subversi pesuruh binaan partai politik zona merah sekali. Nominal  berkebutuhan khusus. Hukum keseimbangan alam secara alami menjawab laku manusia tadi. Ternominasi atau merasa dekat-dekat usulan capres 2024 akan kecolongan di depan jidat. Pihak pengusul pura-pura tak simak. Sudah kantongi skor babak final.

 Siapa menanam badai politik akan panen bencana politik berketurunan. Generasi pengganti sigap melanjutkan, menegakkan NKRI. Skenario-Nya tidak bisa diakali oleh akal manusia walau selaku makhluk terunggul. Kriminal politik terkoordnir secara nasional, tinggal sekali gethok. Berlaku biaya politik “kebo ilang tombok kandhang”. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar