Halaman

Rabu, 21 Juli 2021

ngalem nanging ngantem

ngalem nanging ngantem

 Duduk perkara sulit didudukkan. Jika masing pihak tidak mau duduk bersama. Kasat mata tampak mana yang duduk dengan benar, manis dan tangan dilipat di atas meja belajar. Seolah simak segenap hati. Kendati dalam hati gemuruh atau malah mentertawakan. Apa kata pengamat mancanegara melihat adegan siapa sesungguhnya siapa. Anak cucu kronologis merasa berhak duduk sendiri tanpa berputar.

 Pihakan lain ikut kontribusi, solider meramaikan bursa koalisi “benci tapi rindu”. Frase “dagelan mataram” memang khas subversi suku bangsa Jawa. Sarat humor bisa segala arah. Dialihbahasakan ke bahasa persatuan nasional, malah tidak nyambung. Akhirnya diambil alih oleh kawanan petokoh nasional. Banyolan politik, lawak politik, humor politik nusantara setiap saat tersaji di media massa arus pendek. 

Relasi antara “dibutuhkan” dengan “diperlukan” mencetak tatanan paket berkehidupan bebas gaya hidup bebas. Orang dan atau manusia nusantara sudah tidak percaya dengan pemikiran sendiri. Maunya dicekoki obat penghilang rasa malu. Malu kepada diri sendiri atas segala laku diri. Penghormat, pesanjung bukan karena ada maunya. Tahu salah masuk kamar, bukannnya balik badan, putar haluan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar