Halaman

Senin, 12 Juli 2021

bertindaklah sebebas waktumu

 bertindaklah sebebas waktumu

 Bukan ungkapan, bukan frase atau sebutan kebahasaan semaksud. Namun, wajar bin nalar masih tersisa rasa sadar diri. Suratan judul menyisakan siratan subjudul pelengkapnya. Seni mencetak judul agar permirsa berkebebasan menafsirkan, tafsir bebas, suka-suka. Padahal sesuai pertimbangan praktek kedirian “berbuat sesuka hati” sampai kehabisan akal tetap tidak bisa suka hati.

 Belum tuntas lunas satu kontrak berkebebasan, peluang lanjutan sudah menantang, merangsang. Tampak lebih menjanjikan. Seolah tinggal duduk manis menghitung waktu kapan kapannya. Percepatan tidak diimbangi, diiringi kapasitas dan potensi diri untuk balik adab. Maunya, sang waktu tahu diri. Sabar sesuai fitrahnya.

 Namun kiranya manusia dengan fitrah utamanya. Sengaja lalai nan abai. Faktor pola meja makan keluarga, sejak dari sono-nya, nyaman di zona aman merasa menjadi manusia bebas. Menjauhkan diri dari ikrar ketauhidan. Saat melek diri, tinggal telan ujaran dan ajaran berkebebasan. Percaya dengan yakin diri. Yakin dengan percaya diri. Aliran ideologi global yang hanya percaya plus yakin hanya ada waktu dunia.

 Ketika penentu waktu dunia lenyap bersama kiamat besar. Lain pasal beda perkara. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar