skenario pesimis berlapis dinamis
Tafsiran judul secara harfiah atau maksudan terselubung, pulang ke kebijakan emosi pemirsa. Mau jadi bahasan atau sambil baca akan temukan hakikat. Penulis saja belum punya kepastian saat buka laptop, ketik judul. Modal kembali ke memori, daya ingat plus ke niatan awal mendasar. Kepepetnya, simak olah kata lawas. Mendaur ulang, mengoplos dengan kondisi terkini. Usai jumatan, masih perlu waktu bulatkan judul.
Ide, inspirasi original kalau tak segera diketik, minimal judul, mudah raib sejalan sibuk diri. Bakda subuh bisa saring beberapa judul mentah. Kuping simak khotbah jumat sambil merangkai cikal bakal judul plus alinea pembuka. Majelis ilmu bakda subuh, menjadi sumber dan ladang baku olah kata. Kejadian yang lagi, sedang, masih, akan, selalu terjadi. Di tangan manusia yang sama, seolah tidak ada peningkatan. Lurus mulus tanpa belokan, bebas turunan dan atau tanjakan. Monoton klasik.
Suasana kesiangan bakda jumatan. Sambil ketik rebus air untuk tanak nasi
dan seduh kopi giling. Termasuk buka kran air, isi bak mandi. Itulah kerja
serabutan, borongan. Butuh rasa seni secara mendalam plus pengalaman yang
dieavaluasi secara seksama. Kembali kemakna. Rasanya, inspirasi akibat
intervensi lebih terserap plus diresap bebas. Pemirsa merasa sajian ini
datar-datar saja. Sesuai kurva kedirian. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar