Halaman

Jumat, 14 September 2018

pilpres 2019, jangan ulangi kesalahan yang sama


pilpres 2019, jangan ulangi kesalahan yang sama

Judul seolah berlaku khusus dan sekaligus tampak ditujukan kepada umum. Tegantung rasa sesal atas aneka kejadian perkara yang kumiliki, kata hati pembaca. Lanjutkan membacanya.

Manusia tetap manusia. kehidupan harian menjadikan dirinya bak mesin hidup, mesin bernyawa. Mesin yang mampu berpikir. Terjadilah kehidupan repetitif. Terasa beda di saat hari libur nasional. Kaum beriman tetap rutin bangun pagi jauh dari azan subuh.

Kamunitas manusia yang bernama bangsa, saat hari-H pilpres rabu 17 April 2019, akan mengalami kondisi yang sama dengan pilpres 2014. Dua bakal capres pernah maju di pilpres 2014. Beda di cawapres.

Jangan salah ingat bahwasanya periode 2014-2019 terjadilah teori Hobbes (leviathan) yaitu Homohomoni lupus (Manusia adalah srigala bagi manusia lainnya) dan Bellum omnium contra omnes (Manusia selalu berperang dengan sesamanya).

Baca acuan bebas hasil analogi. Politik yang dijiwai oleh Pancasila adalah berasaskan semangat kerukunan. Terkait  dengan asas kerukunan adalah asas kepatutan. Sifat lain yang memberikan ciri politik Pancasila adalah asas keselarasan. Asas ini menghendaki harmoni dalam kehidupan bermasyarakat sehingga penyelesaian masalah konkrit, Asas kerukunan, asas kepatutan dan asas keselarasan sebagai ciri khas politik Pancasila dapat dicakup dengan satu istilah, yakni sifat kekeluargaan.

Hasilnya, adalah loyalis penguasa sesuai asas kekeluargaan. Merasa yang memberi makan, memberi kemuliaan adalah oknum kepala negara. Membuat buta hati. Wajar.

Rakyat berharap pada pemilih pemula 2014, sudah bisa membaca tanda-tanda zaman. Sehingga akan menemukan harga diri, jati diri untuk menentukan pilhan.

Rakyat berasa bahwa pemilih pemula 2019, tidak terkontaminasi oleh serakah politik. Tidak mempan rayuan efektivitas biaya politik maupun tak gentar menghadapi intimidasi politik penguasa atau petahana. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar