pilpres
2019, jangan ulangi kesalahan yang sama
Judul seolah berlaku khusus dan
sekaligus tampak ditujukan kepada umum. Tegantung rasa sesal atas aneka
kejadian perkara yang kumiliki, kata hati pembaca. Lanjutkan membacanya.
Manusia tetap manusia. kehidupan
harian menjadikan dirinya bak mesin hidup, mesin bernyawa. Mesin yang mampu
berpikir. Terjadilah kehidupan repetitif. Terasa beda di saat hari libur
nasional. Kaum beriman tetap rutin bangun pagi jauh dari azan subuh.
Kamunitas manusia yang bernama
bangsa, saat hari-H pilpres rabu 17 April 2019, akan mengalami kondisi yang
sama dengan pilpres 2014. Dua bakal capres pernah maju di pilpres 2014. Beda di
cawapres.
Jangan salah ingat bahwasanya
periode 2014-2019 terjadilah teori Hobbes (leviathan) yaitu Homohomoni
lupus (Manusia adalah srigala bagi manusia lainnya) dan Bellum omnium
contra omnes (Manusia selalu berperang dengan sesamanya).
Baca acuan bebas hasil analogi. Politik
yang dijiwai oleh Pancasila adalah berasaskan semangat kerukunan. Terkait dengan asas kerukunan adalah asas kepatutan. Sifat
lain yang memberikan ciri politik Pancasila adalah asas keselarasan. Asas ini
menghendaki harmoni dalam kehidupan bermasyarakat sehingga penyelesaian masalah
konkrit, Asas kerukunan, asas kepatutan dan asas keselarasan sebagai ciri khas politik
Pancasila dapat dicakup dengan satu istilah, yakni sifat kekeluargaan.
Hasilnya, adalah loyalis penguasa
sesuai asas kekeluargaan. Merasa yang memberi makan, memberi kemuliaan adalah
oknum kepala negara. Membuat buta hati. Wajar.
Rakyat berharap pada pemilih pemula
2014, sudah bisa membaca tanda-tanda zaman. Sehingga akan menemukan harga diri,
jati diri untuk menentukan pilhan.
Rakyat berasa bahwa pemilih pemula
2019, tidak terkontaminasi oleh serakah politik. Tidak mempan rayuan efektivitas
biaya politik maupun tak gentar menghadapi intimidasi politik penguasa atau
petahana. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar