senam
bangku vs push up tangan mengepal
Berkat
ybs ikut senam bangku, merasa bisa olah nafas dengan tepat guna dan berdaya
guna. Wajar, kalau yang baik tak ingin dimiliki sendiri. Ajak orang lain,
tepatnya tetangga, untuk ikut. Gratis, hanya saweran. Bukan lagak. Cuma mirip balita
yang diajari perang-perangan. Merasa hero. Atau bak tukang tembak, tukang pukul,
tukang “dor,dor . . .”.
Dengan
bangga dia cerita manfaat. Ajak saya dengan gaya promo plus menggurui. Bahkan bilang,
lihat dulu baru coba.
Saya
tanya atau tuturkan. Pada umumnya efektivitas olah nafas secara fisik bisa
mengatur dimensi perut. Dalil isi perut = 1/3 untuk makanan + 1/3 untuk minuman
+ 1/3 untuk cairan. Perut ramping, bukan menggentong, membuncit. Kebetulan ybs
lingkar perut di atas rata-rata ideal, normal, wajar, standar sehat.
Kilahnya,
ybs mau atur pola makan. Sudah tidak makan malam, girangnya.
Saya
test hasilnya. Jika nafas sudah dalam genggaman tangan, coba push up. Gaya instruktur, tanya push up model atau gaya. Diperagakan
sebuah push up, tangannya langsung diletakkan di sandaran tangan
kursi. Pegang erat siku ditekuk.
Tanpa
teori. Langsung saya peragakan push up dengan tangan mengepal.
Ada temannya yang menyangkal, push up koq begitu. Sambil tanya
berapa kali.
Saya
jawab, setengah umur. Saya minta si teman ybs memperagakan push up-nya yang tidak begitu itu. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar