Halaman

Rabu, 26 September 2018

senam bangku vs push up tangan mengepal


senam bangku vs push up tangan mengepal

Berkat ybs ikut senam bangku, merasa bisa olah nafas dengan tepat guna dan berdaya guna. Wajar, kalau yang baik tak ingin dimiliki sendiri. Ajak orang lain, tepatnya tetangga, untuk ikut. Gratis, hanya saweran. Bukan lagak. Cuma mirip balita yang diajari perang-perangan. Merasa hero. Atau bak tukang tembak, tukang pukul, tukang “dor,dor . . .”.

Dengan bangga dia cerita manfaat. Ajak saya dengan gaya promo plus menggurui. Bahkan bilang, lihat dulu baru coba.

Saya tanya atau tuturkan. Pada umumnya efektivitas olah nafas secara fisik bisa mengatur dimensi perut. Dalil isi perut = 1/3 untuk makanan + 1/3 untuk minuman + 1/3 untuk cairan. Perut ramping, bukan menggentong, membuncit. Kebetulan ybs lingkar perut di atas rata-rata ideal, normal, wajar, standar sehat.

Kilahnya, ybs mau atur pola makan. Sudah tidak makan malam, girangnya.

Saya test hasilnya. Jika nafas sudah dalam genggaman tangan, coba push up. Gaya instruktur, tanya push up model atau gaya. Diperagakan sebuah push up, tangannya langsung diletakkan di sandaran tangan kursi. Pegang erat siku ditekuk.

Tanpa teori. Langsung saya peragakan push up dengan tangan mengepal. Ada temannya yang menyangkal, push up koq begitu. Sambil tanya berapa kali.

Saya jawab, setengah umur. Saya minta si teman ybs memperagakan push up-nya yang tidak begitu itu. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar