bermodal
100 pahala harian
Tanpa
kita sadari sesadar-sadarnya bahwa umat manusia setiap hari dibekali 100 pahala
dari Allah swt. Dengan segala sifat Yang Maha, khususnya Allah Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang. Semua umat mendapat perlakuan yang sama.
Mau
diapakan modal tersebut. Berlaku selama
24 jam. Sejak pergantian malaikat di waktu subuh sampai subuh hari berikutnya. Manusia
mempunyai hak kelola yang nyaris prerogatif. Kebiasaan, rutinitas, tipikalisasi
menjadikan tabungan pahala bisa tambah kurang. Apa saja yang menyebabkan modal
tadi bertambah, berkurang atau tetap (tapi bisa beda kualitas amal).
Bangun
pagi. Menyambut kibar sang fajar. Atau sudah berkomunikasi dengan-Nya di akhir
sepertiga malam. Mencuri start, selagi jam tidur masih berlaku. Mengawali kehidupan
dengan memperbarui kontrak dengan yang memberi kehidupan. Niat bulat hari ini
lebih sukses daripada kemarin. Kendati mulai dari 0 (nol) namun terasa
berbobot.
Langkah
berikutnya tergantung kegiatan, profesi maupun produktivitas diri. Berusaha tetap
di lajur yang benar. Siap sport jantung makan hati. Siap mengulang dosa dan
kesalahan harian yang tipikal.
Argo
pahala berlomba dengan waktu. Allah swt bersumpah demi waktu.
Pola
makan “sesendok demi sesendok” ditrapkan dalam kerja. Ada pula yang beberapa aktivitas
dilakukan dalam waktu yang sama. Menggabungkan kegiatan profesional dengan
kegiatan sosial. Menyeimbangkan urusan dunia dengan urusan akhirat. Tetap berbasis
mengutamakan urusan dengan Allah swt.
Umat
Islam mempunyai kontrol berdasarkan sholat fardhu 5 (lima) waktu. Bonus dengan
amal sunah.
Kapan
Allah swt akan sidak, tindak turun tangan, pemantauan dan evaluasi. Sederhana bin
awam, hisab harian. Cek saldo pahala harian. Bertambah, berkurang atau tetap
tapi beda nominal. Ini menjadi urusan-Nya.
Argo
mulai menurun seiring pergantian malaikat penjaga di waktu Ashar. Manusia mengendapkan
emosi yang terkuras di laga sehari. Siap menarungi malam hari. Dengan catatan
esok bukan milik kita. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar