Halaman

Jumat, 21 September 2018

Indonesia, jangan kau tiru laku keledai


Indonesia, jangan kau tiru laku keledai

Barangsiapa tahu ikhwal, seluk-beluk, perilaku, tingkah laku keledai, atau bahkan kerabat keledai (maksudnya sama-sama di partai keledai, atau satu koalisi dengan partai keledai), harap tahu saja. Mengapa dijadikan komponen judul. Satire atau guyon parikeno. Begitulah kisah yang tak pernah tuntas.

Memasuki babak final penentuan presiden RI kedelapan. Jelas, tak ada kaitan politis dengan hingar-bingar keledai. Tidak semua kebun binatang mempunyai keledai. Kendati akumulasi, kompilasi aneka watak keledai di berbagai negara, terdapat di Nusantara.

Di ladang gembala lain padang rumput. Masih terjadi praktik adu domba. Sesama gembala adu trik gaya mutakhir. Sehingga tukang komen yang masih gagap modus, pokoknya asal buka mulut. Tampak sensor digital, biar dikira santun bahasa.

Semakin diaduk, semakin jelas warna yang timbul. Satu warna beda gradasi. Bangsa ini, bangsa Indonesia dengan aneka rasa. Praktik demokrasi berjalan terbalik. Pihak yang dipilih – sebut saja wakil rakyat, kepala daerah, kepala negara –  merasa sebagai pihak yang dibutuhkan. Mampu menggaet jumlah pemilih sesuai aturan main, semakin merasa bak raja diraja.

Rasanya, keledai di Nusantara mendapat hak istimewa. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar