Halaman

Kamis, 20 September 2018

taruhan politik Ulama, perpanjangan tangan penguasa vs penyambung lidah penguasa


taruhan politik Ulama, perpanjangan tangan penguasa vs penyambung lidah penguasa

Jelas dan benderang, judul di atas bagi umat Islam sebagai hal yang tidak ada rahmat-Nya. Dibolak-balik – karena nongkrong bebas  di tempat yang tidak semestinya dan nangkring sembarangan pada waktu yang tak tepat – hasilnya sami mawon.

Lingkar kepala oknum ketum MUI tergoda ajakan amanah dari presiden aktif 2014-2019, untuk menjadi cawapres pada pilpres 2019. Jauh dari kabar baik dan atau kabar buruk. Namanya politik. Kuman di belahan dunia lain, tampak nyata.

Sontak umat Islam hanya mengelus dada sendiri dan tepuk jidat sendiri. Tak lupa sambil tarik nafas liwat dua lubang hidung sendiri. Budidaya akal, olah logika, rekayasa nalar maupun kadar naluri, komposisi insting berbasis ideologi atau politik Islam mendadak buntu.

Dalih dan dalil mengapa ybs masih mengangkangi jabatan ketum MUI, simple bin sederhana. Menurut kata hatinya maupun bisikan mau nafsunya, ybs yakin bulat mampu memainkan peran ganda, peran terselubung, peran berlapis secara aman, nyaman dan ikhlas dunia.

Rekam jejak dunia akademisnya semakin membulatkan semangat sebagai  ‘hamba politik’. Tak layak diperdebatkan. Kita hargai hak pilihnya.

Umat Islam bersyukur, masih ada segelintir anak muda yang ahli masjid. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar