pendidikan politik
Nusantara, cepat matang vs cepat busuk
Aroma irama praktik pendidikan politik di Indonesia
berbasis sistem feodal. Dibalut perasa, pengawet, pewarna buatan maupun alami.
Adukannya sesuai asas dinamisme dan animisme. Masih memperhitungkan bulan baik,
hari baik, nama baik. Agar tampak nasionalis, ditambah ramuan tanggal ganjil
dan atau tanggal genap.
Faktor ajar, ikhwal didik lebih mujarab, langsung
merasuk ke anak didik politik. Pendidikan politik beda dengan belajar jurusan
ilmu politik. Partai politik bukan gudang ilmu politik. Stok intrik, trik,
tipa-tipu politik banyak ahlinya. Modus, rekayasa, rekadaya, aneka manipulasi, serba
konspirasi, partai tempat berguru.
Di negara supermaju pun, anak cucu ideologis bukan
pasal tabu. Banyak jalan menuju kursi presiden. Pengkaderan bentuk percepatan
atau sejalan dengan pola pengkarbitan. Kader jenggot tetap lebih eksis atau
cepat eksis. Sejak dini diorbitkan agar tak ketinggalan zaman. Yang penting
ditampilkan sebelum waktunya. Agar tak grogi atau demam panggung.
Sekte pendidikan politik di atas, menjadikan kader
secara instan. Siap laga sesuai jalur yang sudah disiapkan. Masalah waktu, tak
perlu bergegas. Sudah ada pihak yang merintis. Tinggal petik hasil, duduk
manis, tunggu aba-aba. Jalankan skenario dengan cermat. Tak perlu pusing mikir biaya politik.
Perimbangannya juga muncul sekte pendidikan
politik, terlacak dari nilai manfaat. Semakin tinggi jabatan publik yang diraih,
semakin lama jabatan politik yang didudukinya, berbanding lurus dengan cepatnya
kembali modal. Kalkulasi politik: balik modal, cari modal, tumpuk modal. Ingat sistem
penganggaran politik, mancing kursi dengan umpan modal.
Olahkata belum selesai. Fakta mengatakan, manusia
politik lebih suka berjuang jangan sampai akhir periode, tetes daerah
penghabisan. Pertama. Kursi sekarang sebagai batu loncatan. Banyak oknum
percontohannya. Kedua. Kesandung pasal pidana di tengah jalan. Masih ada daya
untuk maju di periode berikutnya.
Simpul santai. Tingkat kandungan lokal, tidak
masalah. Karena dikarbit atau dengan sistem ijon, tak ayal usia teknis tak
sampai satu periode. Sarat dengan aneka obang perangsang, obat kuat. Otak dan
otot politik menjadi boros enerji. Keropos, korosi sejak digagas, direka-reka di
atas kertas. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar