Halaman

Senin, 24 September 2018

demokrasi tanpa perantara, wakil rakyat vs wakil Pancasila


demokrasi tanpa perantara, wakil rakyat vs wakil Pancasila

Kemungkinan paling ringan dan dingin, adalah saat Pancasila diajak atau dicabut dari habitatnya. Jelajah Nusantara. Mengunjungi lumbung penghasil anak bangsa pribumi, bumiputera, putra-putri asli orisinal daerah, yang nyaris sempurna merasa mampu mengatur negara.

Pancasila merasa asing dan bukan terasing. Tersisa beberapa kepingan kehidupan di masyarakat yang bukan orang biasa yang serupa komponen lokal Pancasila. Kemasan, lambang atau tampak luar sepertinya mirip sila-sila atau tak sengaja dibuat mirip.

Hukum alam membuktikan, pengamal Pancasila bergerak atau berada jauh dari rakyat, berbanding lutus dengan redupnya nilai sila-sila Pancasila. Bahkan Pancasila sebagai satu kesatuan utuh, sudah tidak dikenal atau tidak diketemukan jejak sejarahnya.

Jelas tanpa batas. Semakin Pancasila menembus ke permukaan, meliwati aneka lapisan rakyat, semakin terdegradasi.

Sebagai bukti fisik Pancasila masih layak pakai, layak edar. Lambang burung garuda Pancasila 3 dimensi. Dari kayu ukir, besi atau logam cor atau bahan lain, menghias megah. Warna sesuai filosofi, filsafatnya. Atau satu warna, sesuai warna asli bahan bakunya. Warna kayu atau warna logam. Olahkata ini sekedar menguraikan sub judul ‘wakil Pancasila’.

Jangan cepat salah asa. Wakil rakyat belum tentu kawanan oknum anggota dewan atau parlemen. Tingkat kabupaten/kota, masih menapak, membumi walau hanya formalitas. Apa guna ada wakil daerah. Tapi ini kan wakil provinsi. Main sapu rata atau pakai ilmu kira-kira.

Sistem wakil rakyat yang berlapis, menyebabkan suara rakyat sayup-sayup sampai. Agar suara rakyat bisa bergema, membahana maka ada kebijakan agar suara azan dikecilkan. Pada gilrannya akan ditiadakan, disingkirkan dari gelombang suara bebas.

Dalil yang membuktikan, bahwa semakin banyak aduan masyarakat. Kalau rakyat bergolak, berjuang sendiri, memperjuangkan nasib diri. Pemerintah sudah siap stigma anti-Pancasila. Masuk ranah gerakan radikal, separatis, teroris dan oknum sipil pelaku kriminal bersenjata.

Peran strategis dan posisi  sentral rakyat sebagai akar rumput, memang begitulah takdir dan nasibnya. Mau dicekoki Pancasila. Salah sasaran. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar