Halaman

Selasa, 18 September 2018

kawanan politisi kambuhan, semakin kaya semakin miskin


kawanan politisi kambuhan, semakin kaya semakin miskin

Bangsa ini tahu rasa bersyukur. Tahu rasa terima kasih. Tetap menaruh respek kepada unsur sekecil apapun dari penyelenggara negara. Bak sampah rumah tangga, siapa yang mau bersihkan. Kalau tidak petugas partai sampah.

Jalanan berlubang. Ahli tambal tersedia sampai ujung jalan. Mengantisipasi banjir abadan, jalan ditingkat menjadi jalan layang. Sedikit belajar dari kisah nabi Nuh a.s dengan kaumnya.

Belajar dari kisah nabi Sulaiman a.s. Belajar sukses politik berkat bantuan jin. Pola ‘sekejap mata’ menjadi panutan. Sebelum beranjak, berdiri dari kursi, semua urusan beres. Tanpa lama.

Yang mana, dimana, bahwasanya daripada kepala negara tindak turun tangan langsung memfasilitasi pembangunan aneka macam infrastruktur. Mulai dari penanaman kepala kerbau sampai pengguntingan pita. Demi kesejahteraan rakyat, untuk urusan perut. Memanjakan perut dengan bumbu dapur yang klas dunia.

Nasib bangsa NKRI dipetakan dalam warna politik, selang lima tahunan. Pergulatan oknum kawanan parpolis untuk menjadi penguasa, sedemikan terperikan. Daya lokal sampai daya internasional, diberdayakan sampai menggusur kandungan, komponen lokal. Tinggal wana, merek, logo, lambang partai yang masih orisinal, asli.

Syahwat dan tensi politik cenderung meningkat. Pemerataan kesempatan mendapat kursi dengan memperbanyak partai politik. Kan sudah kutulis, idealnya sedikitnya partai politik identik dengan provinsi. Partai politik lokal rezeki nasional.

Agar kursi tahan goyang, yang tak menjatuhkan sebelum jatuh tempo. Tiap saat perlu dirawat, diruwat bak benda keramat. Jangan sampai tuahnya menghambar. Mengingatkan kita akan asas dinamisme dan animisme. Mau apa lagi kawan. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar