kawanan
politisi kambuhan, semakin kaya semakin miskin
Bangsa ini tahu rasa bersyukur. Tahu
rasa terima kasih. Tetap menaruh respek kepada unsur sekecil apapun dari
penyelenggara negara. Bak sampah rumah tangga, siapa yang mau bersihkan. Kalau tidak
petugas partai sampah.
Jalanan berlubang. Ahli tambal
tersedia sampai ujung jalan. Mengantisipasi banjir abadan, jalan ditingkat
menjadi jalan layang. Sedikit belajar dari kisah nabi Nuh a.s dengan kaumnya.
Belajar dari kisah nabi Sulaiman
a.s. Belajar sukses politik berkat bantuan jin. Pola ‘sekejap mata’ menjadi
panutan. Sebelum beranjak, berdiri dari kursi, semua urusan beres. Tanpa lama.
Yang mana, dimana, bahwasanya daripada
kepala negara tindak turun tangan langsung memfasilitasi pembangunan aneka
macam infrastruktur. Mulai dari penanaman kepala kerbau sampai pengguntingan
pita. Demi kesejahteraan rakyat, untuk urusan perut. Memanjakan perut dengan
bumbu dapur yang klas dunia.
Nasib bangsa NKRI dipetakan dalam
warna politik, selang lima tahunan. Pergulatan oknum kawanan parpolis untuk
menjadi penguasa, sedemikan terperikan. Daya lokal sampai daya internasional,
diberdayakan sampai menggusur kandungan, komponen lokal. Tinggal wana, merek,
logo, lambang partai yang masih orisinal, asli.
Syahwat dan tensi politik cenderung
meningkat. Pemerataan kesempatan mendapat kursi dengan memperbanyak partai
politik. Kan sudah kutulis, idealnya sedikitnya partai politik identik dengan
provinsi. Partai politik lokal rezeki nasional.
Agar kursi tahan goyang, yang tak
menjatuhkan sebelum jatuh tempo. Tiap saat perlu dirawat, diruwat bak benda
keramat. Jangan sampai tuahnya menghambar. Mengingatkan kita akan asas
dinamisme dan animisme. Mau apa lagi kawan. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar