menulis untuk menggali
inspirasi
Untuk menjadi penulis tidak ada
syarat khusus, cukup bisa baca, tulis dan hitung. .Rentang inteligénsia yang dibutuhkan, antara biasa, standar
sampai biasa di luar. Di luar nalar, sebagai batu loncatan, batu pijakan menuju
strata nalar di atasnya.
Ragam penulisan,
struktur kalimat tidak bisa dibakukan sercara kaku. Berkembang sesuai laju usia
peradaban. Kosa kata bertambah padanannya maupun varian baru.
Bukan kembali
ke zaman, yang mana dimana bahwasanya barangsiapa ahli mengolah bahasa. Dialah orang
yang dianggap cerdas. Cerdas berbahasa.
Zaman atau
éra mégatéga, cerdas bahasa sangat diperlukan. Khususnya untuk komunikasi
khusus transaksi penyakit politik. Agar jangan disadap pihak yang tak
bertanggung jawab, tak berwenang atau lawan politik.
Banyak
membaca dan asah radar diri. Dukungan indera yang lain sangat mendukung. Mengoplos
kalimat baku antar ragam. Mengkombinasikan antar kalimat menjadi kalimat baru. Perkaya
dengan pepatah, peribahasa, seloka. Misal, ‘bagai burung pungguk merindukan kursi di seberang lautan’.
Kapan kita
mulai menulis. Mulai dari tersedianya tema, judul, substansi dasar di
angan-angan. Atau ada rangsangan dari membaca, mendengar, melihat. Atau sekedar
ingin menulis karena berkata apa pun kutak bisa.
Penyakit
penulis, adalah begitu mesin sudah panas, baru muncul inspirasi. Jelang babak
final, malah muncul ide yang bisa dijadikan judul. Alenia terakhir, bisa
menjadi bakan baku untuk tulisan selanjutnya. Termasuk seni memperpanjang
tulisan menjadi bersambung. Bukan episode. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar